Part 2:Pertemuan konyol

2.3K 297 192
                                    





💜Happy Reading💜









"Jika tidak ada niat untuk menetap. Lebih baik tak usah mendekat."

~Putri Maharani~









_____




RANI bergeming menatap pantulan dirinya di cermin. Melda sudah menyiapkan sebuah jubah indah diatas ranjangnya tadi. Ia masih tidak mengerti mengapa harus memakai jubah merepotkan ini? jubah berwarna peach yang sangat kontras dengan kulit putihnya itu adalah salah satu jubah yang masuk dalam daftar pakaian yang dibencinya sejak dulu. Panjang dan berat sekali saat dipakai. Rani menghembuskan napas berat, ia hanya menurut saja dan tidak menolak seperti biasanya. Ia terlalu sering memberontak, terlalu sering mengecewakan Bunda. Kali ini saja!

Rani menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Beranjak meninggalkan kamar sambil menjinjing jubah panjangnya itu yang menyapu lantai. Ugh.. Ini merepotkan sekali.

Biasanya Rani selalu berlarian kecil saat melewati tangga dengan bebas. Tapi karena jubahnya ini? ia jadi harus berhati-hati jika tidak ingin terjatuh dan berakhir dengan pijatan Bik Ijah yang terkenal dengan pijatannya yang mantap. Namun tidak bagi Rani, itu malah terdengar begitu mengerikan. Rani bergidik ngeri dengan hanya memikirkan itu.

Begitu dirinya baru saja menapaki kakinya di lantai. Matanya menyapu sekeliling. Suasana rumah terlihat masih sepi. Mungkin tamunya belum datang, pikir Rani. Tiba-tiba terlintas sesuatu dalam otaknya. Rani tersenyum sambil melangkah menuju kearah dapur. Namun tiba-tiba....

Damn!

Melda baru saja keluar dari dapur dengan nampan di tangannya yang entah isinya apa itu membuat Rani buru-buru bersembunyi di balik dinding. Ia melonggokkan kepalanya melihat punggung Melda yang kian menghilang dari pandangannya. Beruntung Melda tidak melihat nya tadi. Kalau tidak ia pasti sudah diseret menuju ruang tamu dan berkumpul bersama kerabat yang lain sembari menunggu sang tamu datang. Lalu bersikap sok manis dan ramah saat menyambut kedatangan para tamu. Rani jijik dengan semua itu. Sebuah kemunafikan yang jauh dari kenyataannya. Meski dengan keluarga sendiri. Rani tetap tidak bisa menerimanya.

Tidak mau membuang waktu lebih lama. Rani segera beranjak menuju tempat favoritnya. Tempat paling nyaman di rumahnya melebihi kamarnya sendiri. Dimana sebuah kedamaian itu bisa ia dapatkan di sana.

Di belakang rumahnya sendiri.

Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Hanya sebuah lapangan kecil yang ditumbuhi rumput liar dengan beberapa pohon mangga milik kakek Rani yang sudah meninggal 5 tahun lalu. Tapi tempat ini memiliki banyak kenangan masa kecilnya bersama sang Ayah.

Kenangan yang sangat ia rindukan. Yang sangat ia impikan dapat terjadi lagi saat ini.

Sejak Rani kecil. Tempat ini memang selalu menjadi tempat persembunyiannya apabila sedang kesal dan banyak masalah.

Rani mendudukkan dirinya diatas rerumputan hijau. Udara sekitar terasa menyejukkan. Damai sekali.

Ia tersenyum. Sejak dulu Rani selalu mampu tersenyum apapun yang terjadi. Satu kekuatan yang masih ia miliki hingga detik ini.

Tidak ada yang mengetahui tempat persembunyiannya ini, kecuali Rani sendiri dan ayahnya. Tapi belakangan ayahnya tidak pernah lagi menghabiskan sore yang indah bersama seperti biasa. Rani bahkan tidak ingat kapan terakhir mereka menghabiskan sore bersama di tempat ini. Ia jadi ragu apakah ayahnya masih mengingat tempat kesukaannya?

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang