Part 12:Takdir dan waktu yang tak pernah sepakat

1.1K 149 20
                                    





💜Happy Reading💜


"Cinta dan rindu: dua hal yang menyiksa. Tetapi hanya sedikit orang yang mau melepaskan diri dari siksaan itu. Termasuk diriku sendiri."

~Anisa Permata Sari~







____







PAGI yang cerah bahkan melebihi cerah di pagi-pagi sebelumnya bagi Rani. Bagaimana tidak, ia baru saja mendapat kabar bahwa Angga pergi tausiah keluar kota selama satu bulan kedepan. Ya, meskipun hanya satu bulan. Bukan pergi untuk selama-lamanya dari hidup Rani. Tapi itu sudah cukup bagi Rani untuk sekedar istirahat sejenak dari segala permasalahan yang telah ditimbulkan oleh cowok sombong itu. Rani tersenyum memikirkan hari-hari yang akan dilaluinya nanti tanpa Angga. Pasti menyenangkan sekali pikir Rani.

Lalu Rani melangkahkan kakinya dengan riang menuju rumah Anisa yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya. Rasanya sudah lama sekali Rani tidak berkunjung ke sana. Padahal biasanya ia tidak pernah pulang dari rumah itu. Ini gara-gara Angga pastinya. Rani menggerutu dalam hati. Beruntung cowo satu itu sedang pergi sekarang. Jadi Rani bisa lebih leluasa pergi ke mana saja sesuka hatinya.

"Assalamu'alaikum." Salam Rani setelah menekan bel rumah Anisa.

"Wa'alaikum salam." Jawab seserorang dari dalam rumah. Rani mengenal suara itu. Bik Indah yang menjawab salamnya. Bibi dari Anisa.

Beberapa detik kemudian. Pintu terbuka memunculkan wanita paruh baya berwajah keibuan yang tersenyum ramah saat menatap Rani. Yang ditatap spontan langsung meraih tangan Bik Anisa lalu mencium dengan sopan sambil membalas senyum ramah itu.

"Nak Rani ini, sudah jarang sekali ke sini. Yang biasanya selalu berantem sama Anisa. Rumah kan sepi jadinya." Gurau Bik Indah membuat Rani tertawa detik itu juga.

"Hehe, iyah Bik. Rani sibuk banget kemaren-kemaren. Tapi kan sekarang udah ke sini lagi." Rani nyengir lebar.

"Iya sih, tapi sekarang Nak Anisanya lagi nggak ada di rumah," ujar Bik Indah memberitahu.

"Loh, terus ke mana dong, Bik?" Rani mengerutkan kening dengan bingung.

"Nak Anisa sedang menghadiri sebuah acara di pesantrennya. Bibik nggak tau acara apa. Apa Anisa nggak bilang ke kamu?"

Rani menggeleng lesu."Enggak tuh Bik, yaudah deh. Rani pamit aja." Nada suaranya terdengar jelas begitu kecewa.

"Nggak mau masuk dulu? Bibik baru aja masak makanan kesukaan kalian." Tawar Bik Indah dengan senang hati.

"Makasih Bik, tadinya Rani pengen ngajak Anisa ke restoran Ummi. Tapi Anisanya nggak ada. Soalnya udah ditunggu nih, nanti Rani main ke sini lagi kok." Jelas Rani panjang lebar.

"Oh begitu ya, yasudah deh. Awas ya kalo nggak ke sini!" ucap Bik Indah sambil tersenyum manis.

Rani mengangguk dengan cepat.

Setelah itu, Rani pamit dan beranjak menuju restoran Umminya. Omong-omong ini kali pertama Rani mengunjungi Restoran itu. Ia bahkan tidak menghadiri acara syukuran dibukanya Restoran tersebut setahun yang lalu. Maklum, Rani memang tidak pernah peduli pada apapun. Pada hal-hal yang dianggapnya tidak terlalu penting. Terlebih juga tempat ramai. Situasi yang amat dihindarinya selama ini.




____





Tepukan meriah itu seketika menggema diseluruh penjuru Masjid AT-Takwir yang berada disalah satu Pondok terbesar di Jawa Tengah.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang