Part 5:Sahabat dunia akhirat

1.5K 207 72
                                    




💜Happy Reading💜







"Hadiah terbesar dari hidup ini adalah persahabatan, dan aku telah mendapatkannya."

~Putri Maharani~










______





"IMA." Rani berseru.

Ima yang berjalan beberapa langkah di depannya pun segera menoleh. Alisnya terangkat sebelah karena bingung.

"Aku tunggu di sana yah." Kemudian Rani menunjuk ke arah kursi taman yang tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

Ima mengeluh pelan."Huh..iya deh. Tapi awas ya kalo aku
ditinggalin!" ucapnya lalu melangkah denga terburu-buru menuju toilet wanita setelah Rani menggedikkan bahunya acuh sebagai jawaban dari permintaannya barusan.

Rani berjalan pelan menuju taman rumah sakit. Matanya berkeliaran menatap sekeliling taman. Cukup ramai. Tapi Rani tidak peduli. Ia duduk tenang di atas kursi taman sambil menaruh tangan kanannya dibawah dagu. Hal yang paling sering ia lakukan apabila sedang borring dan bosan.

"Ekhem ... " Rani menoleh begitu mendengar deheman seseorang disampingnya. Ia menyipitkan mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Otaknya bahkan masih berusaha mencerna. Sifat loadingnya pun tak bisa ia hindari.

"Aku boleh duduk di sini?"
tanyanya gemas melihat Rani yang hanya menatapnya dengan wajah bingung.

Tunggu, deh. Bukannya cowo ini adalah orang yang sama dengan yang ia tertawai kemaren sore dibelakang rumah. Dan cowo itu kan keluarganya si cowo sombong. Kalo tidak salah sih, namanya Aldo. Iya itu, akhirnya Rani ingat saat tidak sengaja mendengar kasak-kusuk dirumahnya mengenai Angga sejak semalam.

"Kamu ngapain di sini? Ck, pake acara make seragam Dokter lagi. Nge-sok, dih." ujar Rani sambil tertawa geli menatap seragam dokter yang dikenakan oleh Aldo.

"Hey..hey. Jadi kamu nggak tau yah?" ucap Aldo sambil memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat.

Rani berhenti tertawa dan kembali menatap Aldo tidak mengerti."Tau apa?" tanyanya kemudian.

"Aku kerja di sini," jawab Aldo yang seketika membuat Rani membulatkan matanya karena terkejut bukan main.

"Hah? Seriusan? " Rani kembali bertanya menyakinkan.

Aldo mengangkat sebelah alis tebalnya. Kini giliran cowo itu yang terkejut."Kenapa emangnya? Kok kaget gitu, sih? kesannya kayak aku nggak cocok banget jadi Dokter deh." Aldo menampakkan wajah yang dibuatnya se-sedih mungkin.

Membuat Rani tertawa karenanya."Hehe ... Iya deh maaf. Kan aku nggak tau." Katanya sambil nyengir lebar.

"Maka nya Ran, jadi cewek itu jangan cuek-cuek. Aku yang segini terkenalnya sebagai Dokter paling muda, tampan, dan baik hati di mana-mana. Kamu jadi nggak tau." Aldo terkikik geli melihat wajah Rani yang menatapnya dengan tatapan jijik sekaligus ingin muntah.

"Aku serius tauk." Rani mendelik kesal.

"Aku juga serius." Balas Aldo tersenyum melihat wajah cemberut Rani yang entah kenapa menggoda gadis itu menjadi kesukaannya saat ini.

"Tunggu, Ran." Jeda Aldo,"kamu ngapain di sini? Kamu sakit?" tanyanya. Sedetik kemudian raut wajah Aldo berubah serius.

Rani sendiri dapat mendengar nada khawatir dari pertanyaan Aldo barusan. Kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan."Jenguk orang sakit," jawabnya singkat.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang