Part 7:Perlahan tapi pasti

1.2K 201 34
                                    


💜Happy Reading💜





"Aku harus tersenyum. Untuk menutupi, bahwa sesungguhnya AKU BEGITU RAPUH."

~Putri Maharani~










____









"PERMISI. Apa ada yang bernama Mbak Rani di sini?"

Suara seorang Suster di pintu seketika menyadarkan Rani dari lamunannya. Ia dan Anisa langsung menoleh dan mendapati seorang Suster cantik tersenyum kearah mereka.

"Kenapa, Sus?" Rani bertanya penasaran."Saya Rani." Tambahnya ketika melihat Suster itu terdiam berpikir.

"Mbak ditunggu seseorang
di luar. Katanya penting." Jelas Suster itu ramah. Sedetik kemudian ia pamit dengan alasan masih banyak pasien yang harus di periksa.

Rani menoleh ke arah Anisa yang ternyata tengah menatapnya juga.

"Siapa, Ran?" tanya Anisa bingung.

"Mana aku tau, Nis. Aku liat bentar ya." Rani melangkahkan kakinya menuju pintu dan membukanya pelan.

Tepat ketika Rani hendak menutup pintu kembali. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya membuat Rani terperanjat kaget sambil memejamkan mata.

"Eh, kaget ya? Maaf, maaf."

Suara yang tidak asing bagi Rani itu masuk kependengarannya secara langsung. Ia membuka mata dan segera membalik badannya menghadap seseorang yang kini menatap Rani dengan senyuman termanis yang pernah dilihatnya.

"Aldo?" pekik Rani."Tau aku di sini dari siapa?" tanyanya kemudian.

Aldo tergelak mendengarnya."Kamu tadi lewat di depanku nggak nyapa-nyapa. Sombong!"

"Maaf, tadi aku nggak merhatiin," ujar Rani sambil tersenyum kikuk.

"Oh." Aldo mengangguk mengerti."Boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau aku omongin sama kamu." Tanya Aldo sedikit canggung.

"Tentang apa?" Rani balik bertanya dengan penasaran.

"Tentang kita." Jawab Aldo santai. Sedetik kemudian ia menyemburkan tawanya tidak kuat melihat ekspresi Rani yang dianggapnya begitu lucu."Mukanya biasa aja, Ran. Nggak usah segitunya! Aku emang nggak lebih jauh ganteng dari Kak Angga. Becanda, kok." Tambahnya sambil tersenyum manis. Membuat lesung pipi sebelah kirinya terlihat begitu kentara setiap Aldo tersenyum.

"Isshh, ngeselin deh." Rani mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal dipikirnya ucapan Aldo tadi serius. Sampai membuatnya sulit bernapas di tempatnya berdiri. Rani membuang muka ke samping. Memilih menatap apa saja demi menghindari bertatapan langsung dengan Aldo. Orang yang hari ini benar-benar sukses membuatnya malu setengah mati.

"Ayo, Ran!" ajak Aldo sambil berjalan mendahului Rani.

"Ke mana? Kenapa nggak di sini aja?" Rani bertanya sambil berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Aldo yang berada beberapa meter didepannya.

"Jangan di sini, Ran! Tempatnya kurang pas, terlalu rame." Komentar Aldo sambil menoleh ke arah Rani yang sudah berada di sampingnya. Mereka kemudian berjalan beriringan menuju lift."Nggak jauh kok. Cuma di depan." Tambahnya sambil memberi isyarat kepada Rani agar memasuki lift terlebih dahulu.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang