Part 15:Tentang Ayah

1.2K 143 14
                                    






💜Happy Reading💜


"Bahagia itu sederhana, sesederhana aku tersenyum dengan apa yang sudah aku punya."

~Putri Maharani~






____






"PAGI, Ran." Bunda menyapa. Beliau sudah bangun sejak tadi, sedang menyiapkan sarapan.

"Bunda nggak bangunin Rani jam enam kayak biasanya?" Rani bertanya bingung karna biasanya Bunda selalu membangunkannya yang sudah biasa tidur lagi selepas shalat shubuh.

Bunda tersenyum, menggeleng.
"Kamu keliatan capek banget Ran, Bunda nggak tega yang mau bangunin."

"Oh, gitu." Rani mendudukkan dirinya diatas kursi. Bunda ikut duduk, beliau sudah selesai menyiapkan sarapan.

"Ekhem-ekhem, ciee yang abis jalan." Risky tiba di meja makan lengkap dengan seragam dan tas sekolahnya.

"Apaan, sih?" Rani bersungut-sungut dan memilih memakan nasi goreng buatan Bunda yang lezat sekali.

"Seru jalan-jalannya?" Ummi tiba di meja makan setelah Risky dengan dipapah pelan oleh Abah. Sepertinya keadaan beliau masih kurang sehat.

"Hmm," Rani hanya berdehem pelan.

"Nak Angga itu anak yang baik sekali, sholeh dan ilmu pengetahuannya juga luas. Pekerjaannya juga udah mapan. Kapan kalian akan serius membicarakan hubungan selanjutnya?" Ummi bertanya antusias.

"Uhuk-uhukk ..." Rani terbatuk dan segera meminum minuman yang di sodorkan oleh Bundanya.

"Ummi pengen cepet-cepet liat kalian nikah." Ummi tertawa melihat wajah Rani yang memerah.

"Nggak sekarang Ummi, Kak Angga juga masih sibuk soal dakwahnya." Rani menjawab setelah dirasa tenggorokannya mulai membaik.

"Lebih cepat kan, lebih baik. Kalo kamu mau, nanti Ummi bisa diskusiin ini sama Ummi Sarah."

"Enggak Ummi. Rani nggak mau ganggu Kak Angga dulu, nanti kalo udah waktunya pas. Rani pasti bilang kok." Rani tersenyum menyakinkan.

Bunda sejak tadi hanya memperhatikan obrolan itu sambil memakan makanannya. Ia tahu Rani tidak akan mau menikah dalam waktu secepat ini. Putrinya itu hanya sedang menghibur hati sang Ummi.

"Ayah?" Risky tiba-tiba berseru keras dan berdiri menatap pintu.

Semua yang ada dimeja makan ikut menoleh termasuk Rani, seketika terkejut mendapati Ayah yang kini berjalan sempoyongan dari arah pintu. Menabrak segala benda yang menghalangi jalannya. Penampilannya juga begitu berantakan. Terlihat beberapa lebam biru dipipinya. Bunda segera berlarian menuju pintu disusul yang lainnya. Berbanding terbalik dengan Rani yang terdiam shock ditempatnya berdiri melihat pemandangan di depannya.

"Kamu kenapa?" Bunda berjalan mendekat dan segera membantu Ayah berjalan. Tapi belum juga sempat menyentuh, tahu-tahu Ayah malah mendorong tubuhnya, beruntung Risky dengan sigap menangkap tubuh Bundanya itu.

Rani segera berlari melihat hal itu. Apa-apaan Ayahnya ini? sudah pulang dalam keadaan mabuk dan penampilan berantakan. Sekarang malah mendorong Bunda yang seketika menangis karna perlakuan Ayahnya itu.

"Sudah, jangan ganggu aku!" Ayah berkata sarkastik ke arah Bunda.

"Ayah ... " Rani berseru tepat ketika tiba di depan Ayahnya.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang