Part 18:Bukan bercanda

1.3K 146 17
                                    

💜Happy Reading💜







"Dan seandainya hati ini telah dijatuhkan lagi, aku berharap Allah tidak akan menjatuhkannya kepada yang mahir mematahkan."

~Putri Maharani~







____






"SIAPA AIRA?"

Senyuman dibibir Angga seketika menghilang dalam sekejap saat Rani menanyakkan hal yang paling dihindarinya selama ini. Darimana Rani mengetahui soal Aira? Siapa yang memberitahu gadis itu? Argh, Angga ingin sekali berteriak saking kesalnya.

Sedang Rani. Ia menunggu tidak sabar jawaban Angga ditempatnya. Meski sebenarnya ia sudah tahu banyak tentang Aira, Rani tetap ingin mendengarnya langsung dari Angga.

"Udah malem, Ran. Lebih baik kita pulang!" seru Angga setelah terdiam begitu lama sambil menarik tangan kanan Rani menuju mobil.

"Enggak, sebelum kamu jawab pertanyaan aku. Aku nggak mau pulang," ujar Rani sambil menghentakkan tangannya yang seketika terlepas dari genggaman Angga.

"Dia bukan siapa-siapa Ran, dan dia nggak penting." Lirih Angga. Ada nada perih saat Angga mengucapkan kata-kata itu.

"Nggak penting kata kamu? Orang yang rela ngorbanin seluruh hidupnya demi kamu itu. Kamu bilang nggak penting? iya?" tanpa sadar mata Rani mulai berair saat mengucapkan kalimat itu kepada Angga.

Angga bungkam. Pikirannya bertanya-tanya sudah sejauh mana Rani mengetahui perihal Aira. Sungguh, Angga sangat tidak mengerti kenapa Rani sampai tahu mengenai hal ini. Hal yang seharusnya gadis itu tidak pernah ketahui.

"Aku nggak habis pikir sama jalan pikiran kamu. Dia ada di sana karna siapa? karna kamu. Apa nggak ada sedikit aja rasa peduli kamu buat dia?heh?" Rani terus saja bertanya kesal kepada Angga yang hanya terdiam didepannya.

"Kamu nggak akan pernah ngerti," ucap Angga pelan. Ia menggelengkan kepalanya dengan mata menerawang kosong ke depan.

"Iya, aku emang nggak ngerti. Aku nggak ngerti sama apa yang ada dipikiran kamu. Dua tahun Kak Angga, dua tahun kamu biarin dia disana. Itu bukan waktu yang sebentar."

"Dia nggak cinta sama aku, Ran.
Dia juga nggak cinta sama hidupnya. Itu sebabnya dia milih untuk masuk ke tempat itu," ujar Angga dengan deru nafas yang tak teratur.

Rani menatap Angga lamat-lamat."Kalo dia nggak cinta sama kamu, dia nggak mungkin ada di sana."

"Itu obsesi Ran, bukan cinta. Dia cuma terobsesi sama aku. Harus berapa kali aku bilang sama kamu kalo dia nggak cinta sama aku?" Angga ikut menatap mata gadis itu dengan berani.

Rani tertawa meremehkan mendegar ucapan Angga."Kamu juga pernah kan cinta sama dia? Apa udah lupa? nggak kan? Melupakan orang yang kita cinta nggak segampang itu."

Iya itu dulu, tapi sekarang aku punya kamu, Ran. Bisik Angga dalam hatinya.

"Kenapa kamu peduli sama dia?" tanya Angga. Sedetik kemudian ia memilih bertanya penuh penasaran kepada Rani karna gadis itu terlihat begitu peduli pada Aira.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang