💜Happy Reading💜
"Bagaimana aku bisa melupakanmu? Jika setiap orang yang aku temui membawa kenangan tentangmu."
~Muhammad Aldo Pratama~
_____
ANGGA menutup pintu mobil setelah memarkirkannya tepat di depan halaman rumah.
"Ciee...yang udah punya tunangan." Aldo bersender di pintu mobil dengan senyuman manis seperti biasanya. Ummi dan Zahra sudah lebih dulu memasuki rumah tepat saat Angga mematikan mesin mobil di halaman rumah.
Ucapan Aldo seketika membuat langkah Angga yang hendak masuk kedalam rumah mendadak terhenti. Ia menoleh ke arah adiknya itu dengan tenang. Lalu membalas senyuman Aldo singkat sambil melangkahkan kakinya kembali menuju pintu. Aldo berlarian kecil agar dapat mensejajari langkah kakaknya itu.
"Gimana rasanya?" tanya Aldo menoleh kepada Angga sambil menaik-turunkan kedua alis tebalnya.
Yang ditanya tetap bersikap biasa saja,"Apa? biasa aja," jawab Angga sambil menoleh ke arah Aldo.
"Dia, gadis yang baik. Jangan sampe kakak bikin dia sakit apalagi sedih." Papar Aldo begitu melihat kakaknya menaiki anak tangga mendahuluinya.
Angga menghentikan langkahnya mendengar itu. Ia menoleh ke belakang ke tempat adiknya berdiri di bawah. Kepalanya sampai bergerak ke samping karena merasa ada yang aneh dengan ucapan Aldo barusan.
"Maksudnya apa?" tanya Angga.
"Aku tahu kakak nggak cinta sama dia, ini demi Ummi, kan?" suara Aldo mengecil karena takut yang bersangkutan mendengar nantinya.
Angga tersenyum simpul begitu mendengar jawaban Aldo,"Kamu emang paling kenal kakak dari kecil. Ah, kakak jadi terharu." Katanya sok dramatis sambil menuruni tangga dan menepuk pundak Aldo setelah sampai tepat didepannya.
Aldo menepis tangan Kakaknya pelan. Matanya menatap serius. Tapi kakaknya malah menanggapi dengan candaan konyol,"Aldo serius." Kilahnya cepat.
"Aku juga serius. Udahlah, udah malem. Lebih baik kamu tidur. Besok kan harus berangkat pagi-pagi ke RS?" Angga mengucapkan selamat malam sebelum akhirnya benar-benar menaiki anak tangga dan menghilang dibalik dinding.
Aldo bergeming melihat kepergian Angga. Kakaknya itu tidak mengerti. Ini adalah sebuah hubungan yang serius, bukan sebuah permainan.
Tapi, bisa apa dirinya? Toh, Kakaknya sudah besar ini. Ia juga tidak boleh terlalu mencampuri masalah pribadi Kakaknya. Namun, entah kenapa saat dirinya teringat wajah Rani yang menertawainya ketika terjatuh membuat Aldo tidak bisa untuk tidak peduli dan bersikap bodo amat.
Tawa itu. Mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang membuatnya memiliki alasan kenapa ia harus hidup. Karena ada sebuah hati yang harus ia bahagiakan. Meskipun hati itu bukan untuknya.
"Aku cinta sama kamu. Cinta sebagai sahabat. Makasih ya selalu nemenin aku dimanapun dan dalam keadaan apapun."
Aldo menutup mata saat mengingat kalimat itu. Sakit? sangat sakit. Aldo bahkan berpikir dunia disekitarnya hancur saat itu.
Ia sangat mencintai gadisnya. Sejak kecil tanpa ada satupun orang yang mengetahui kenyataan itu. Dirinya bahkan lebih dari sekedar mencintai. Seluruh hidup dan matinya hanya berputar disekitar gadisnya. Bodoh memang. Mencintai seserorang yang tidak pernah bisa balas mencintai kembali. Tapi Aldo senang melakukan itu. Biarlah, ia yakin suatu saat. Atau kapanpun itu. Ia pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
Romance"Tak ada alasan yang lebih indah untuk bersama kecuali karena Allah swt." ~Putri maharani~ ___ "Aku tahu, kamu nggak suka kan dijodohin seperti ini?" ucapnya lagi dengan nada sinis."Omong-omong, aku juga." Tambahnya sambil menyesap kopi ditangannya...