Part 20:Antara bahagia dan takut

1.3K 129 10
                                    




💜Happy Reading💜







"Karena bertahan pada prinsip itu juga bagian dari perlawanan."

~Putra Angganiar Pratama~









___




"AKU ingin serius dengan hubungan kita, Ran."

Ucapan terakhir Angga itu seketika membuat Rani mendongak menatap Angga tidak percaya. Ia melihat ketulusan dimata cowo itu, Angga serius saat ini. Tidak ada tatapan main-main lagi seperti dulu. Demi apapun, Rani ingin sekali menangis sejadi-jadinya. Mengetahui kenyataan ternyata Angga juga mencintainya selama ini.

Sungguh, tidak ada hal lain lagi yang lebih membahagiakan dari pada ini bagi Rani.

Tapi, sedetik kemudian perasaannya mendadak berubah takut. Semua peristiwa tentang gagalnya pernikahan orang-orang disekitarnya yang terngiang dikepalanya itu membuat Rani bingung harus menjawab apa, sungguh ia bingung sekali merasakan perasaan senang dan takut dalam waktu yang bersamaan.

"Kak Angga, a-aku," Rani menggenggam tangan Angga yang mengelus pipinya dengan lembut.

"Kenapa, Ran?" Angga bertanya sambil menatap cemas kearah Rani yang menunduk. Ia meraih dagu gadis itu dan mengangkatnya pelan agar dapat menatap leluasa wajah cantiknya."Tangan kamu dingin, kita masuk sekarang ya?!" ujar Angga begitu merasakan sentuhan tangan Rani ditangannya itu. Ia baru ingat kalau Rani tidak menyukai hujan.

Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah dengan kondisi basah kuyup.

"Loh, loh kenapa kalian? kok basah semua begini?" Ummi bertanya panik saat melihat Angga dan Rani yang masuk ke dalam rumah dalam keadaan basah kuyup itu. Bunda juga ikut menatap penuh keingintahuan ke arah mereka.

"Eh," Angga bingung harus menjawab apa.

"Tadi payung yang kita pake, dibawa angin Ummi. Makanya kita jadi basah semua pas mau masuk ke rumah," ujar Rani, ia tersenyum manis sekali ke arah Umminya yang seketika mengangguk percaya.

Lagi!

Angga mendapati Rani berbohong untuk kesekian kalinya saat ini. Membuatnya berpikir kapan-kapan dirinya harus memberi pelajaran untuk merubah sifat Rani yang satu ini. Ia melirik Rani yang kini tertawa kecil kearahnya, membuat Angga menggeleng-gelengkan kepala.

Risky datang beberapa menit kemudian dengan dua handuk dikedua tangannya setelah Bunda meneriakinya untuk membawakan dua handuk untuk Rani dan Angga.

"Langsung ganti baju aja, nanti kamu masuk angin, Ran." Bunda membungkus tubuh Rani dengan handuk pemberian Risky.

"Iyah, Bun. Tapi Kak Angga?" Rani menatap Angga yang kini tengah membasuh tubuhnya dengan handuk juga.

"Pinjem baju Ayah aja," Ayah muncul dari arah ruang keluarga dengan sebuah papan catur ditangannya, sepertinya beliau baru saja selesai main.

"Kalo punya Ayah ke gede-an lah," ujar Rani. Ia melirik ke arah Adiknya yang tengah melipat lengan bajunya sampai siku."Punya Kiky aja gimana?eh, tapi kekecilan kayaknya deh. Baju koko punya kan, Ky?" tanyanya kemudian.

Mendengar namanya disebut. Risky mendongak menatap sang kakak dengan kerutan dikeningnya."Em, ada Kak. Baju koko Kiky kebesaran semua kayaknya." Risky bergumam sambil berlarian menuju kamarnya.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang