Part 17: Siapa dia?

19 2 0
                                    




💜Happy Reading💜







"Ketika kamu menyukai apa yang kamu miliki, kamu memiliki semua yang kamu butuhkan."

~Putra Angganiar Pratama~







____






HARI-HARI berlalu, berganti bulan. Hubungan antara Rani dan Angga melesat begitu cepat. Sejak kepulangan Ayah Rani dari rumah sakit. Mereka sering menghabiskan waktu berdua. Pergi ke pantai menikmati senja yang menakjubkan bersama-sama. Angga yang kini tidak pernah absen untuk mengunjungi rumah Rani. Bahkan komunikasi lewat telfon pun telah mereka lakukan setiap malam. Memang tidak ada sesuatu yang spesial yang terjadi diantara mereka. Angga maupun Rani masih sama-sama tidak mengerti dengan perasaan mereka masing-masing. Hanya membiarkan semuanya mengalir begitu adanya seperti air. Mereka hanya sama-sama menikmati kebersamaan itu.

Jika sebelumnya Rani begitu bahagia saat Angga pergi tausiah ke luar kota. Namun kali ini ia benar-benar merasakan kesepian, bahkan perasaan rindu itu tanpa bisa dicegah sudah menyelinap masuk kedalam dadanya. Membuat Rani harus menahan sesak akan perasaan rindu yang kian meluap setiap harinya.

Hari ini adalah hari kelima Angga pergi. Zahra sudah memberitahu Rani lewat telfon kalau Kakaknya itu akan kembali pulang malam ini. Rani rasanya ingin sekali menjerit dan melompat-lompat saking senangnya. Tapi ia urung, dan hanya tersenyum lebar-lebar ditempatnya. Rani sendiri tidak mengerti kenapa ia merasakan perasaan seperti ini kepada Angga. Alasan dibalik itu semua masih menjadi misteri yang tak terpecahkan bagi Rani. Namun meski begitu, ia percaya suatu saat segala pertanyaan tentang alasannya bahagia mendengar segala hal yang menyangkut Angga pasti akan terungkap. Entah kapan, Rani hanya bisa menunggu dan menunggu waktu itu tiba.

Deringan diponselnya yang tergelatak diatas meja belajar membuat Rani meloncat dari atas kasur dan buru-buru menyambar ponselnya itu.

Rani segera menyunggingkan senyuman saat melihat nama yang tertera diponselnya.

"Assalamu'alaikum." Terdengar seruan salam dari seberang sana.

"Wa'alaikum salam." Rani segera membalas, senyumannya masih terpancar dibibirnya.

"Aku pulang malam ini." Angga memberitahu Rani perihal kepulangannya nanti malam. Ia menunggu dengan penasaran apa yang akan diucapkan Rani setelah mengetahui dirinya akan segera pulang. Sungguh, Angga sangat merindukan gadis itu. Lima hari tidak bertemu dan melihat wajahnya, membuat Angga dilanda perasaan resah dan rindu secara bersamaan.

"Terus?" Rani nyengir lebar. Saat tahu kalau Angga ternyata tidak tahu bahwa dirinya sudah mengetahui hal itu dari Zahra sebelumnya, tiba-tiba ide untuk menjahili cowo itu terlintas di otaknya.

Angga mengerjap saat Rani hanya bertanya terus tanpa ada seruan riang dan senang seperti yang diharapkannya."Yah, nggak papa sih. Cuma ngasih tau." Ia kembali fokus mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal.

"Oh gitu." Rani menutup mulutnya dengan tangan kanan saking tidak kuat menahan tawa. Ia sengaja bersikap cuek seperti ini. Biar sajalah! sekali-kali ia harus memberi pelajaran untuk cowo itu karna sudah membuatnya hampir gila menahan rindu.

"Yah gitu, ngomong-ngomong aku kangen."

Rani terdiam saat Angga mengucapkan hal itu. Jadi Angga juga merasakan hal yang sama dengannya.Jadi...

"Kangen jailin kamu, kangen bikin kamu kesel. Kangen liat wajah jeleknya kamu kalo lagi nangis. Haahaa ..."

Suara tawa itu menggema ditelinga Rani. Huh, semua khayalan dan perasaan senangnya tentang Angga yang Rani pikir juga merindukannya seketika buyar dan lenyap dalam sekejap. Angga tidak pernah berubah, selalu mempermainkan perasaannya. Selalu berhasil membuatnya terbang tinggi untuk kemudian menjatuhkannya lagi tanpa henti. Rani menggeleng tidak kuat, ia hampir menangis karna perkataan Angga tadi. Rani sendiri juga tidak mengerti,yang jelas ada luka dalam hatinya yang tak bisa dijelaskan.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang