Part 14:Pilih bermimpi atau mewujudkannya?

1.2K 132 15
                                    




💜Happy Reading💜




"Terkadang segala sesuatu apapun tergantung dari sudut mana kita memandang. Jika kita memandang positif, insya Allah hasilnya positif. Begitu juga sebaliknya."

~Putra Angganiar Pratama~





_____




SETENGAH perjalanan menuju pameran lukisan. Terjadi keheningan yang canggung dalam mobil. Rani berdehem untuk mencairkan suasana itu, tapi tidak juga berhasil. Seseorang harus memulai pembicaraan.

"Kacanya dibuka aja ya!" pinta Rani akhirnya.

"Kenapa?"

"Eng, anu ... "

"Nggak suka AC mobil?" Angga bertanya menyelidik. Tadi sebelum berangkat ia juga sempat melihat Rani mengernyit begitu memasuki mobil. Membuatnya jadi berpikir kalau Rani memang tidak suka dengan aroma AC mobil.

"Hmm ... " Rani akhirnya terpaksa memilih jujur daripada harus merasakan pusing nantinya. Ia tidak peduli Angga akan menertawainya atau apa. Yang penting Rani tidak akan mengalami pusing dan mabuk kendaraan begitu tiba di pameran. Ini harus menjadi harinya yang menyenangkan. Tidak boleh dirusak oleh hal-hal semacam itu.

Tidak ada jawaban dari Angga. Rani berpikir kalau cowo itu pasti sedang tertawa senang mengetahui kelemahannya yang satu ini. Ishh, harusnya Rani tidak usah bilang kalau tahu begini jadinya. Ia merasa malu sekarang.

Tengah kekesalannya itu, tiba-tiba Rani melihat kaca di pintu mobil sebelahnya terbuka lebar-lebar. Ia segera menoleh ke arah Angga. Cowo itu tersenyum ke arahnya, Rani tidak membalas dan lebih memilih menoleh lagi ke samping.

"Tumben nggak telat?" Angga bertanya membuat fokus Rani yang sejak tadi menuju ke arah jalanan jadi teralih ke arahnya.

"Aku telat salah, nggak telat juga tetep aja salah. Heran!"

"Yahh, nggak papa sih sebenernya kalo nggak telat. Cuman tadi tuh kecepatan, Ran. Aku masih nyantai tau-tau kamu udah dateng aja." Angga terkekeh melihat wajah masam gadis itu."Kesambet apa emangnya?"

"Udah untung aku nggak telat. Malah diledekin, ngeselin deh." Rani membuang muka ke jendela.

"Iya deh iya. Tingkatkan prestasimu, Nak!" Angga tertawa saat Rani memelototinya tidak suka.

"Kamu masih sakit ya?" Rani kemudian bertanya serius.

"Udah mendingan sih, kenapa?
Mau bilang gws ya?" Angga berkata dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi.

Rani mendelik."Idihh, ogah! Pantesan kamu ngomongnya ngelantur kemana-kemana, heh ternyata masih sakit. Udah nggak usah sembuh, ntar ngeselinnya kumat lagi!"

"Ya siapa tau gitu," Angga tersenyum menampakkan lesung pipi sebelah kirinya.

"Tapi sih, mau sakit atau nggak. Kayaknya sama aja ngeselinnya."

"Separah itu ya?"

"Banget. Eh, kamu tau, masa tadi waktu aku berangkat orang rumah pada senyum-senyum nggak jelas. Padahal aku udah bilang cuma mau pergi ke pameran bukan kencan atau semacemnya itu. Yah malah tambah jadi yang senyum.... " Curhat Rani begitu teringat kejadian sebelum dirinya pergi ke rumah Angga."Lagian juga di mana-mana kalo kencan itu mah yang cowo yang jemput, bukan malah yang cewe yang nyamperin."

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang