Part 9:Menyesal karena sudah peduli berlebihan

1.3K 184 31
                                    

💜Happy Reading💜






"Jangan biarkan lukamu, turut melukai orang lain juga! Ada satu hal yang begitu berharga dari sebuah kehilangan. Yaitu kenangan di dalamnya."

~Putri Maharani~









_____









RANI mengerjapkan matanya yang mulai berair. Oh good! Rani tersentuh dengan kisah Angga. Iya dirinya memang orang yang mudah sekali tersentuh oleh hal-hal yang berbau sedih. Kadang-kadang ia membenci kelemahannya ini. Padahal Rani pikir hal itu tidak berlaku untuk cowo sombong seperti Angga. Namun, ia malah mendapati dirinya sudah nyaris meneteskan air mata. Tidak! Tidak!! Rani buru-buru menghapus kasar air mata yang hampir jatuh di pelupuk matanya. Oke, mungkin dirinya memang merasa iba sedikit.

Dengan cepat Rani segera memalingkan wajah takut kalau ada yang melihatnya menangis. Ia pura-pura melihat keluar jendela. Sedetik kemudian ia baru benar-benar memperhatikan jalanan depan rumah Angga yang semakin di penuhi banyak mobil mewah.

Entah kenapa tiba-tiba Rani merasakan hatinya mencelos melihat pemandangan itu. Ia tahu pasti Bundanya kini tengah mencari keberadaannya yang sedari tadi memang tidak memunculkan batang hidungnya sedikitpun di tengah-tengah acara. Ketika pulang dari rumah Angga nanti pasti semua orang akan memarahinya atas ketidakhadirannya di tengah-tengah acara. Namun bukan hanya itu yang Rani pikirkan. Masalah di marahi itu sudah biasa bagi Rani. Ia hanya khawatir tentang pendapat para keluarga Angga tentang dirinya nanti, lebih tepatnya pada keluarganya. Karena pada saat seorang anak salah. Bukan sang anak lah yang di salahi, akan tetapi keluarganya. Karena sesungguhnya keluarganya lah yang bertanggung jawab atas anak tersebut.

Rani jadi bergidik ngeri membayangkan betapa menyakitkan komentar para kerabat Angga pada keluarganya. Dan itupun terjadi dikarenakan kesalahannya.

Tanpa banyak berpikir lagi Rani segera beranjak dari tempatnya menuju meja rias milik Zahra. Ia lalu membenarkan kerudung dan penampilannya yang agak sedikit berantakan.

"Kak Rani mau ke mana?" tanya Zahra bingung. Ia langsung menghampiri Rani saat dilihatnya calon kakak iparnya itu tengah bersiap membuka pintu.

"Mau ke bawah Zahra, di bawah rame banget. Pasti repot." Rani menghentikan pergerakan tangannya yang semula hendak memegang kenop pintu. Lalu menjawab sambil menoleh kearah Zahra.

"Udahlah, Kak Ran! Di bawah nggak mungkin repot, banyak orang. Lagian juga Ummi kok yang nyuruh aku bawa kak Rani ke sini." Jelas Zahra.

"Kamu juga pasti capek. Mending tiduran aja di sini sama mbak!" sahut Mbak Linda.

Tapi Rani tetap menggeleng tidak setuju."Makasih tawarannya Mbak Linda, tapi akan jauh lebih baik kalo Rani ikut bergabung di tengah-tengah acara. Maaf." Rani tersenyum menyakinkan. Menolak halus tawaran dari Mbak Linda itu.

Mbak Linda sendiri akhirnya mengalah. Membiarkan Rani melakukan apa yang diinginkannya.

Baru saja Rani yang keluar dari kamar Zahra dan tiba dipertengahan anak tangga. Ia melihat Bibik Angga tengah kerepotan membawa sebuah nampan berisi minuman. Kalau tidak salah, seingat Rani namanya Bik Ratih.

"Eh, Nak Rani. Sini, Nak! Bibik mau minta tolong, bawain ini ke tempat khotmil qur'an! Soalnya Bibik masih ada urusan di dapur," ujar Bik Ratih dengan tergesa-gesa sambil menyodorkan nampan itu ke tangan Rani.

Rani baru saja ingin protes tapi kata-katanya tertahan ditenggorokan. Karna Bik Ratih sudah lebih dulu pergi meninggalkan Rani yang hanya bisa mematung di tempatnya berdiri.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang