BAB 45

15.5K 1.5K 60
                                    

Pekarangan hijau menyambut. Derum motor sudah menepi di samping teras. Beberapa pepohonan meliuk diterpa angin. Udara yang panas membuat Gandra ingin segera masuk rumah dan meneguk segelas air dingin. Niatnya urung saat tangan seseorang masih memegangi jaket. Ia menunduk, mendapati tangan Alesya mengenggam erat jaket Gandra.

"Al."

Tidak ada jawaban. Cowok itu sedikit menoleh pada wajah yang begong, kosong. Alesya tidak bicara, ia menatap lurus entah kemana.

"Alesya," panggil Gandra lagi akhirnya berhasil membuat Alesya terkejut.

"Huh?"

"Udah sampek," jelasnya. Tanpa sadar mata menunduk menatapi tangan menggegam erat kain jaket Gandra. Buru-buru Alesya melepas dan turun.

Tatapan Gandra berubah cemas. "Lo kenapa?"

"Gak papa."

Gandra mengangguk paham. Mungkin untuk saat ini ia tidak perlu memberi pertanyaan yang akan membuat Alesya semakin bingung. Mereka berjalan memasuki rumah dengan jajaran gitar yang enak dipandang.

"Necan," teriak Gandra dengan suara toak.

Alesya yang dari tadi mengekor kini mengernyitkan dahi.

"Macam?"

Gandra berhenti bersuara, ia menoleh mendapati wajah bingung Alesya.

"Necan Al. Necan, Nenek Cantik."

Penjelasan Gandra cukup membuat gadis itu mencebik. Memang panggilan-panggilan yang menurut Alesya aneh ini selalu cowok itu lontarkan. Beberapa detik sosok wanita tua keluar dari dapur dengan celemek dan pisau yang masih ada di tangan.

"Nak beibeh Sya ada di sini."

Sinta berjalan cepat berniat memeluk.
"Eeh nek pisaunya," jegah Gandra menarik Alesya hingga masuk dalam pelukan. Sontak membuat Sinta tersadar jika pisau masuh ada di genggaman. Tanpa membuang waktu Sinta menarik tangan Alesya.

Jika kalian tau Gandra sedang mendengus kesal.

Gak bisa apa liat cucunya pelukan. Untung nenek gue. - batin Gandra.

"Ikut nenek masak yuk."

Masak? Lagi? - batin Alesya getir.

Tidak ada pengaruh jika Alesya menolak. Pasti Sinta akan memaksa hingga berhasil. Benar-benar nenek sama cucu tidak beda jauh.

"Alesya?" ucap gadis yang sedang memakai hoodie dan bandana yang menghiasi kepala.

Senyum merekah di sudut bibir Alesya.

"Jasmin?" tebaknya seraya menunjuk Jasmin. Gadis itu mengangguk. Entah mengapa ia merasa lebih tenang saat melihat Jasmin. Alesya sendiri tidak tau.

"Enaknya kentang goreng bentuk persegi apa bundar ya?" tanya Sinta seraya menenteng semangkuk kentang yang sudah dikupas.

"Bundar."

Alesya dan Jasmin saling menoleh. Ucapan mereka nyaris bersamaan. Senyuman saling terukir dan terlempar satu sama lain.

"Rasa balado apa rasa jagung ya?"

Bumantara Dan AmertanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang