BAB 5

43.7K 3.8K 324
                                    

Mata tertuju pada bangku paling belakang. Bangku rasa surga di kelas sudah pasti bangku belakang. Sensasi surga dunia anak sekolah. 


"Tumben lo udah dateng Sya?" tanya Afif bernada menyindir.

Beberapa cowok memandang heran. Seolah semua aktivitas mereka terhenti seketika saat melihat Alesya datang sebelum bel masuk.

"Bukannya gue gak pernah telat ya?" balik tanya Alesya santai.

"Gak pernah absen." Alis Nabila naik sebelah dan tangan sibuk memainkan rubik.

Alesya mencebik santai. Tidak mengambil pusing ucapan pedas Nabila. Telinganya sudah akrab dengan kata-kata itu.

Duduk di bangku nomor dua dari belakang tepat di depan bangku Afif dan Nabila.

"Bangga dong lo gak telat?" cetus Afif terkekeh.

"Ya biasa aja sih."

"Ke kantin ah. Laper." ucapnya lagi berdiri dari kursi.

"Sepuluh lagi masuk neng," sergah Afif.

Menilik jam dinding di atas papan tulis. Lantas menggedikkan bahu.

"Masih nanti."

"Wah sakit! Udah di kelas aja deh," jawab Afif membelalakan mata.

"Berisik njing."

Ia mendengus kasar. Lantas berjalan meninggalkan dua sahabatnya yang masih sibuk menceramahinya.

"Gila lo santai banget kayak di pantai" komentar Afif menggeleng-gelengkan kepala.

"Lo kayak baru kenal aja."

"Tunggu aja. Bentar lagi lo juga ikut gue," ucapnya lagi setelah berjalan tiga langkah. Alesya membalikkan tubuh sembari melipat tangan di bawah dada.

"Belagak jadi dukun lo?"

"Tunggu aja."

Lantas gadis itu mengacungkan kelima jarinya.

"Lima..empat..tiga..dua.." Di sisi lain Afif melongo tak mengerti.

"Satu!"

"Pengumuman bagi seluruh siswa siswi SMA Citra Bangsa. Karena diadakannya rapat. Maka pelajaran hari ini dimulai dari jam ke tiga. Terimakasih."

Suara yang baru saja keluar dari sound kelas membuat sorak-sorai seisi kelas. Ada yang langsung ngacir ke kantin, ada yang langsung membuka laptop untuk melanjutkan menonton drama korea, ada juga yang langsung keluar kelas untuk ngapelin sang pujaan hati.

"Apa gue bilang!" Alesya menjelingkan mata. "Gak percaya sih!"

"Ini rapat beneran gak? Gue gak mau dihukum di kelas XII IPS 3 lagi," timpal Afif menyerocos.

Ruang waktu membawa mereka dalam kejadian beberapa minggu lalu. Saat bu Esti - guru Matematika membuat jam kosong tipuan. Alhasil Alesya, Afif dan Nabila dibuat meminta tanda tangan satu kelas XII IPS 1 yang semua muridnya cowok dan menyatakan hal ini.

Saya berjanji tidak akan bolos jam pelajaran lagi. Janji kakak-kakak yang ganteng.

Membayangkannya saja sudah mampu menaikkan konsentrasi rasa malu.

"Ya beneranlah! Masa udah diumumin pakek toak gak jadi rapat," jawab Alesya menjeling.

Menjadi pusat perhatian siswa SMA Citra Bangsa sudah seperti makanan sehari-hari. Alesya, Afif dan Nabila memang bisa dibilang katagori siswi most wanted. Gaya mereka yang selalu seru menjadi ciri khas dan ketertarikan tersendiri. Apalagi pamor Alesya yang sudah menyebar di seluruh telinga SMA Citra Bangsa.

Si cewek playgirl dengan seragam selalu kekecilan.

Langkah sedikit memelan saat menyusuri koridor kelas XII IPS 1. Andai saja ada jalan lain menuju kantin tanpa harus melalui koridor ini, pasti sudah mereka lakukan sejak setelah hukuman itu.

"Hai lihat abang dong cantik!"

"Mau tandatangan gue gak?"

"Makin cantik aja lu Sya."

"Cuit cuit incesku. Jangan sama yang lain ya."

"Sya ama kakak aje ya."

Kerumunan siswa siswi SMA Citra Bangsa memenuhi kantin. Ya inilah kegiatan siswa jika guru sedang rapat atau saat tidak ada pelajaran pasti kantin berubah menjadi pasar manusia.

Memilih meja pojok dekat kedai bakso mang Jupri.

"Hai nona-nonah cantik. Pesen apah?" tanya mang Jupri dengan gaya khasnya.

Lentur.

"Tiga bakso ya mang, pakek sayur dan jangan lupa pakek pentol," pesan Afif.

"Siap nona-nonah cantik."

Fokus mang Jupri beralih. "Nonah Sya pakek pentol juga gak?" Pertanyaan tertuju pada Alesya.

"Iyalah. Logikanya buset."

"Oke-oke siap amang akan bikinin sekarang deh!"

"Mang pesenan saya tadi bakso tapi yang pentolnya bulet ya. Gak kotak gak segitiga. Oke?"

Suara itu membuat Alesya langsung menoleh pada sumber suara.

Jelas suara itu tidak asing baginya.

"Lah?" pekik Alesya saat melihat cowok itu lagi dengan logo seragam sama seperti dirinya.

"Kuyang?"

"Eh Hipertensi?" beo Regandra langsung duduk menggeser bangku Alesya tanpa permisi.

"Kayaknya lo sama gue jodoh."

"Dih! Mimpi lo ketinggian!" tukasnya.

"Kita lihat aja."

Lagi-lagi tanpa sengaja dan rencananya yang abu semesta mempertemukan mereka lagi.

Takdir?

Entah.

Kebetulan.

Jelas tidak mungkin.












Hai :)

Hayo siapa yang lope-lope sama bang Regandra?

Gemeshhhh banget sama mereka tuuuuhhhh 🥰🥰🥰

Lanjut???

Gass!!!!

Tertanda,

Dian Yustyaningsih ❤

Bumantara Dan AmertanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang