BAB 33

17.4K 1.6K 53
                                    

Berhenti di perempatan dekat sekolah. Alesya turun dari motor sport milik Arka. Padahal baru semenit mereka berboncengan.


"Ca aku beneran minta maaf."

Alesya melepas helm lantas memberikan pada Arka.

"Iya Arka. Gausah gitu ah," jawab Alesya merasa sungkan karena sikap Arka yang seolah merasa bersalah.

"Kamu beneran gak papa?"

Alesya mengangguk yakin.

"Iya. Bentar lagi juga ada taksi," jawab Alesya lagi mencoba menenangkan kekhawatiran Arka. Arka tersenyum. Mengusap puncak rambut Alesya lantas men-stater motor.

"Hati-hati."

"Kamu yang hati-hati."

"Kalo udah sampek rumah. WhatsApp aku," ucap Arka sebelum memacu kecepatan.

"Iya. Udah sana pergi. Kasian tante Sarah nungguin kamu."

"Aku duluan"

Alesya mengangguk. Perlahan senyum Alesya sirna bersama lenyapnya sosok Arka dalam keramaian. Gadis itu mengambil ponsel di tas lantas mengetik sesuatu di sana. Ia berniat untuk mengirim pesan pada mang Udin untuk menjeput. Namun niatnya urung saat deheman datang.

"Alesya."

Alesya mendongak.

"Gandra?"

Cowok itu membuka helm fullface. Menyisir rambut sejenak untuk membuat jambul tipis.

"Iyalah. Cowok seganteng ini ya cuma Gandra seorang," jawab Gandra menaik-turunkan alisnya.

"PD!"

"Emang bener kan. Cuma Regandra orang pemilik wajah kombi-"

"Berisik!" potong Alesya cepat. Ia tau apa kelanjutan dari kalimat itu. Sudah terlalu sering ia dengar, hingga lama-lama Alesya hapal sendiri.

"Dih PMS?"

Mendengar ocehan Gandra, Alesya menautkan alis. Kesal. Matanya mendelik.

"Siapa?"

Gandra tersenyum dengan kepala manggut-manggut. Entah apa yang ada di pikiran cowok itu. Ia mendekatkan wajah.

"Yang nanya!" tukasnya tertawa lebar.
"Ngeselin ya lo!"

Perubahan wajah Alesya yang mendadak kesal tingkat akut membuat Gandra berhenti tertawa meski masih ada kekehan kecil.

"Kan biasanya kalo lo tanya siapa pasti jawabannya siapa yang nanya," jelas Gandra mencoba menjelaskan alasannya mengapa menjawab pertanyaan Alesya seperti tadi. Cukup masuk akal. Alesya sendiri ingat setiap Gandra bertanya pasti akan Alesya jawab seperti itu.

"Ceramah lo?" tukas Alesya agar tidak terlihat ia lah yang salah. Karena cewek memang selalu benar. Jika cewek salah maka kembali pada peraturan pertama.

Gandra menulurkan lidah. "Curhat," jawabnya menggedikkan bahu.

"Bodo!" ketus Alesya berjalan mendahului. Memang cowok itu tidak pernah bisa berubah. Selalu saja membuat naik darah. Bisa-bisa Alesya langsung stroke karena hipertensi.

"Lo bareng gak Al? Gue mau ke rumah lo," tanya Gandra sedikit berteriak karena jarak mereka memang sudah terpaut jauh. Alesya menghentikan langkah. Tak lama Gandra sudah berada di sampingnya dengan motornya.

"Ngapain ke rumah gue?"

"Bokap lo minta ajarin mobile legends."

Alis menaut, dalih-dalih tidak paham. Sejak kapan ayahnya mau bermain games? Sekedar menonton pertandingan basket saja Dani tidak pernah. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan. Apalagi semua pekerjaan dilakukan dari rumah.

Bumantara Dan AmertanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang