BAB 44

15.7K 1.4K 15
                                    

"Seperti guntur yang bersahutan."


Beberapa detik lalu Alesya meninggalkan meja untuk membeli minuman. Sontak keributan langsung terjadi. Arka menarik kerah baju Gandra. Tatapan matanya jelas penuh kemarahan. Gandra merespon dengan senyum menantang.

"Anjing lo kerjain gue!"

Seringai senyum Gandra semakin jelas.

"Bodo!" jawabnya santai.

"Lo macem-macem sama gue?" tanya Arka bernada ancaman.

"Iya. Mules-mules deh lo."

Deru napas Arka sudah tidak beraturan. Andai ini bukan kantin dan tidak ada Alesya, Arka pasti sudah menjotos Gandra.

"Berani? Sini!" tantang Gandra. Posisi mereka yang saling berhadapan membuat suasana semakin panas. Arka sudah siap mengepalkan tangan. Seolah ia sudah tidak peduli jika Alesya tau tentang dirinya sekarang. Itu lebih baik.

"Dih kalian mau ciuman ya? Gak nyangka."

Suara yang terdengar geli mengalun dari arah samping. Sontak keduanya langsung menoleh dan menjauh satu sama lain. Sosok cewek memegang satu minuman dingin.

"Cium si es serut? Mending gue cium dugong," jawab Gandra sinis. Sedangkan Alesya masih bergeming dalam pikirannya sendiri.

"A-aku mau ke toilet dulu," pamit Arka berdiri. Tangannya sudah sibuk memegangi perut.

Boker-boker dah lo! – batin Gandra tau apa yang sedang Arka alami. Ya iyalah, pasti karena bakso racikannya itu.

"Kenapa? Sakit perut?" tanya Alesya panik.

Arka menggeleng.

"Eng-enggak kok."

Belum sempat Alesya bertanya lagi Arka sudah mengacir. Merasa cemas ia berniat ingin menyusul. Namun tertahan suara Gandra.

"Lo mau ngintin sampek toilet?" cecar Gandra tanpa berhenti dari kegiatan makan.

"Gue khawatir."

Gandra tersenyum miring. Jika ia jujur Gandra benci ini.

"Gue tau. Tapi lo mau ngapain di toilet?"

Bener juga.- batin Alesya.

Gadis itu kembali duduk dan menyantap bakso yang sudah mulai dingin. Jelas mata Alesya tidak fokus. Gandra tau apa yang ada di pikiran gadis itu.

"Enak Al?"

Alesya tersentak.

"Hm."

"Sore nanti lo bisa ke rumah gue Al?" tanya Gandra masih sibuk mengunyah.

Alesya yang dari tadi menatap kosong bakso kini menoleh dengan lipatan di dahi. Jelas ia bingung.

"Ngapain?"

"Jasmin mau ketemu lo."

"Siapa?" beo Alesya lagi. Nama itu jarang ia dengar bahkan tidak pernah.

"Cewek yang ada di rumah gue," jawab Gandra bernada mengingatkan.

"Ngapain mau ketemu gue?"

"Dia-"

Alesya langsung mengangguk cepat.

"Mau minta saran buat deketin lo ya?" tebaknya dengan senyuman dan mata yang berbinar.

Belum ada jawaban dari Gandra. Cowok itu bingung setengah mati mendapat respon yang bahkan tidak pernah ada di pikirannya. Di sisi lain Alesya merasa bahagia, akhirnya ia bisa membalas perbuatan Gandra untuk mendekatkan dirinya dengan Arka. Bahkan sampai saat ini.

Bumantara Dan AmertanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang