BAB 24

19K 1.6K 26
                                    

"Saat lo menusuk. Lo bakal ditusuk."


"Woi bangun!" teriak Afif menggelegar di seluruh ruang kamar. Padahal matahari saja belum sempurna menampakkan eksistensinya. Afif sibuk memukul Alesya dan Nabila yang masih tertutup selimut tebal dengan guling.

"Udah pagi ayo bangun. Anak gadis gak boleh bangun kesiangan. Entar rejeki kalian dimakan ayam rembonya atuk Dalang," omelnya panjang sambil menyibak selimut Nabila. Namun dengan sigap Nabila menarik kembali lantas menutupkan lagi ke seluruh badan.
"Bangun!"

"Masih ngantuk," komentar Nabila malas dari balik selimut.

Melihat sikap malas-malasan dari kedua sahabatnya Afif menarik napas panjang. Bersiap untuk kembali bersuara.

"Woi BANGUN!"

Sia-sia. Tidak ada respon apapun yang Afif dapatkan. Hanya rasa nyenyak dengan kantuk menggudang menggeluti sosok di balik selimut itu. Merasa emosi dipermainkan, Afif berkacak pinggang. Segera ia mendekati Alesya yang masih sama dengan Nabila. Bersembunyi dibalik selimut.

"Sya kebo banget sih lo!"

"Sya?"

Mata coklat Afif membulat ketika mengetahui hanya guling warna putih yang berdiam di balik selimut. Ia menyibak seluruh selimut, mungkin saja Alesya tidur di sisi lain. Nihil. Ia benar-benar hanya menemukan guling saja tanpa gadis itu.

"Lah ini bocah kemana?" teriak Afif mulai panik.

"Smedi di kamar mandi kali," sahut Nabila dari balik selimut. Mendengar informasi itu, Afif segera melangkah ke kamar mandi. Mengetuk pintu beberapa tetapi tidak ada sahutan. Hingga akhirnya ia membuka pintu kamar mandi.

"Gak ada Bil," komentar Afif melihat kamar mandi itu kosong.

"Di kolong kasur," usulnya lagi.

Spontan Afif berjongkok mengecek kolong kasur. Ia mengernyit.

"Gak ada juga Bil."

"Tasnya gak ada. Baju Sya juga gak ada Bil," ucap Afif lagi setelah selesai mengobrak-abrik almari kayu di samping jendela.

"Ha?" komentar Nabila menjingkat keluar dari selimut. Afif memilin bibirnya dengan rasa khawatir tinggi.

"Jangan jangan Sya kabur," ucapnya membelalakan mata.

Alesya08_

Gue gak kabur.Gue pergi ke pantai.

Alesya kembali menyimpan ponsel dalam tas setelah mengirim pesan pada Afif. Hal ini sangat mudah ditebak, pasti saat ini Afif sedang mondar-mandir mencari Alesya dengan kecemasan-kecemasan yang menggunung. Itulah alasan Alesya mengirim pesan singkat kepada sahabatnya.

"Dikira gue mau ngesot apa ke Jakarta?" desisnya tersenyum miring.

Alesya kembali menatap jauh. Ia sedang menikmati sunrise. Sangat hangat. Entah niat atau hanya iseng, pagi ini ia bangun jam lima pagi. Dan entah angin apa yang membawa diri ke pantai sepagi ini.

Matanya melirik sesuatu di belakang punggung.

"Kenapa gue ngerasa jangan jauh dari tas ya?" ujarnya bernada heran. Bahkan ia menggelengkan kepala bingung saat mengingat semua barang ia bawa dalam tas. Tidak tertinggal satu pun. Padahal hanya butuh lima lembar kertas folio untuk penelitian pagi ini.

"Ya kali cuma gara-gara surat gak jelas itu," decaknya lagi.

"Pagi Alesya," sapa seseorang dengan khas kuncir kuda.

Bumantara Dan AmertanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang