" Tersenyum bukan berarti sedang bahagia. Tapi jadikan senyuman itu sebagai bentuk perlindungan diri agar orang lain tidak tahu betapa menyedihkan nya hidup mu."
---
Bagi orang lain mungkin pernikahan adalah perpaduan kebahagiaan antara mempelai pria dan wanita. Namun tidak bagi pernikahan nya. Hanya ia yang merasakan kebahagiaan. Tidak dengan pria di samping nya. Hanya ia yang antusias. Hanya ia yang tersenyum sampai tidak tahu bagaimana caranya berhenti saking bahagianya. Karena telah mampu meraih gelar sebagai istri dari pria disamping nya. Walaupun melalui jalur perjodohan yang orang tua mereka lakukan.
Faiz Dirgantara, suami sekaligus sahabat yang sangat ia cintai. Pria yang selalu ia kagumi, pria yang ia impikan agar bisa menjadi ayah dari anak-anak nya kelak dan pria yang ia harapkan untuk menggenggam jemarinya saat ia membutuhkan pegangan. Tetapi, Faiz tidak mencintai nya. Pria itu hanya melihat nya sebagai seorang sahabat bukan sebagai wanita yang bisa dicintai. Karena Faiz telah memberikan seluruh hatinya pada Fakhira Agista. Wanita cantik yang mampu mengalahkan nya untuk mengambil hati Faiz.
Farah masih ingat betul, bahkan tidak pernah ia lupakan. Saat Faiz, menolak mati-matian perjodohan mereka. Namun dengan lantang dan cerobohnya ia malah menerima nya tanpa memikirkan perasaan Faiz yang tidak menginginkan pernikahan mereka dilangsungkan. Faiz mengatakan bahwa dia adalah wanita paling egois dan serakah. Dan wanita yang selalu memikirkan diri sendirinya. Serta menjadi penghalang kebahagian Faiz dan Fakhira.
Tetapi, bukankah perasaan cinta harus di perjuangankan. ingin memiliki bukan lah ke egoisan ataupun obsesi. Itu hanya bentuk perjuangan untuk menggenggam seseorang yang ia cintai. Bukankah semua orang berhak untuk memperjuangkan orang yang mereka cintai?
Farah tersenyum miris mengingat Faiz yang terus-menerus menolaknya dan mendorongnya untuk menjauh.
"Sejak dulu hingga sekarang, tidak pernah secuil pun saya mencintai kamu Ra. Dan gagasan untuk menikahi mu, tidak pernah terbesit dalam benak saya. " Tutur Faiz dengan kecewa atas sikap Farah yang lagi-lagi menghancurkan kebahagiaan nya.
Farah menjerit dalam hati, ia hanya ingin berjuang dan perjodohan yang ditawarkan oleh kedua orang tua Faiz adalah jalan untuk nya. Dan menyia-nyiakan kesempatan tersebut adalah penyesalan bagi nya.
"Setidaknya, berikan aku kesempatan, agar bisa membuatmu mencintai ku." Sahut Farah tersenyum sendu.
"Tidak ada ruang untuk kamu tempati Ra. Semuanya telah terisi penuh untuk Fakhira. Jadi berhentilah mengemis untuk saya cintai." Maki Faiz dengan lantang.
Sekejam apapun perkataan Faiz untuknya, ia tidak pernah berpikir bagaimana caranya berhenti mencintai Faiz. Tidak pernah sekalipun terbesit. Karena berjuang meluluhkan hati Faiz adalah sesuatu yang selalu ia senangi. Hingga lupa mempertanyakan pada dirinya sampai kapan ia harus berjuang sendirian? Sampai kapan ia harus jatuh cinta sendirian? Dan sampai kapan ia harus berpura-pura baik-baik saja saat ditolak berkali-kali?
Lantas haruskah ia berbalik dan memutar arah, lalu mengejar cinta Allah agar Allah datangkan Faiz untuk nya? Namun gagasan, tentang beralih mengejar cinta Allah untuk mendapatkan imbalan pria yang ia cintai, adalah transaksi mengerikan yang hamba lakukan terhadap Tuhan-Nya.
Wanita memang makhluk yang aneh, hingga dengan hebat nya, mampu berspekulasi bahwa suatu hari nanti orang yang ia cintai juga berbalik mencintainya. Dan dengan amat bodohnya menolak pria yang mencintainya setulus hati. Demi menunggu pria yang mencampaknya. Hingga lupa diri, betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk berjuang sendirian.
---
Kadang kita juga harus berhenti mencintai jika telah ditolak, karena seorang wanita lebih baik dikejar dari pada mengejar. Ada yang setuju pada teori ini?
Mungkin ceritanya agak sedikit berat, jadi jangan lupa like and comment ya guys!!
love you😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhamdulillah Berjodoh
Espiritual"Maaf karena aku, tidak bisa mencintai kamu secara sembunyi-sembunyi. Karena mencintai mu secara terang-terangan adalah usaha ku untuk memperjuangkan mu menjadi miliki ku." -Farah Nariswari- "Perempuan itu harus punya sifat malu yang tertanam dalam...