"Rencana sih, juga pengen nikah dalam waktu dekat ini. Undangan juga udah siap. Cuma nama buat dampingin gue di kertas undangan belum nemu."
-Liam Adiraksa----
Sejak berpamitan dengan beberapa pelayan, Farah tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Bahkan setelah Pak Amir mengantar nya hingga bandara tetap saja air mata nya berjatuhan malah semakin deras. Benar-benar wanita cengeng. Malam itu, malam yang menjadi saksi perpisahan ia dan Faiz. Setelah percakapan itu berakhir ia tertidur disofa saking lelahnya karena menangis. Dan betapa beruntungnya Faiz mau menggendong nya. Itulah yang dikatakan para pelayan kepada nya. Setidaknya Faiz tidak terlalu jahat pada nya. Masih peduli walaupun hanya sedikit. Karena jika Faiz benar-benar peduli, maka pria itu tidak akan membiarkan nya pulang sendirian menuju Jakarta.
"Aku tidak bisa menghentikan tangisan mu apalagi melarang mu untuk tidak menangis." Kata Liam setelah memasangkan Headphone milik nya dan meletakkan susu kotak rasa strawberry yang ia beli, kepada Farah yang sejak tadi menangis. Ia baru saja mendengarkan surah Ar-rahman di Headphone milik nya namun fokus nya terhenti saat wajah yang selalu ia mimpikan untuk menjadi orang yang mengaminkan doa nya setelah sholat ada didekat nya.
"Tapi lantunan surah Ar-rahman seperti nya bisa membuat mu berhenti menangis." Sambung Liam, Farah menatap Liam dengan senyuman terharu. Liam menjadi sosok yang selalu ada disaat ia menangis dibalik pohon akibat penolakan yang dilakukan Faiz sewaktu SMA. Dan sekarang Liam kembali menemukan nya yang sedang menangis dibandara dan menempel kan lantunan surah Ar-rahman pada nya. Serta menyodorkan satu buah susu kotak rasa strawberry ditangan kanan nya.
"Ditolak manusia itu memang menyedih kan. Tetapi jika Allah yang menolak mu itu lebih menyengsarakan." Nasehat Liam sambil tersenyum disamping Farah. Yang juga sedang menunggu keberangkatan dibangku tunggu.
Farah tersenyum malu, Liam benar. Ia terlalu terbuai akan kesedihan. Ia yang salah, karena sudah tahu saja akan sakit tetapi tetap saja ia ingin menyeburkan diri.
"Kisah cinta Zulaikha dan Yusuf harus nya menyadarkan ku waktu itu. Bahwa saat Zulaikha mengejar Yusuf, Allah paling kan Yusuf dari nya. Tetapi saat Zulaikha berhenti mengejar Yusuf dan berpaling mengejar Allah. Maka Allah datangkan Yusuf pada Zulaikha. Namun aku mengabaikan dan terus mengejar. Hingga lupa, bahwa Allah sedang cemburu karena aku mencintai makhluk nya melebihi cinta ku pada kepada-Nya." Tutur Farah serak karena menangis terlalu lama.
"Maka kejarlah cinta Allah, agar Allah datangkan dia untuk mu." Sahut Liam tersenyum kearah samping dimana Farah berada.
Farah tersenyum manis atas perkataan Liam. Pria di sampingnya benar-benar berbeda. Ia tidak telah berburuk sangka saat pertemuan mereka saat rapat waktu itu. Ia mengira Liam mengejek nya karena bertanya mengenai apa ia senang karena bisa menikah dengan sahabat yang ia cintai. Mengapa disaat pertemuan mereka bersama Faiz, Liam tampak sangat menyebalkan. Namun hari ini berbanding terbalik.
"Kamu tau nggak sih, tante Luna lagi perlu konsultan buat hotel patah hatinya beliau. Kamu nggak mau daftar, itung-itung nerusin bakat kamu. Sia-sia tau kalau nggak dimanfaatin." Saran Farah sambil terkekeh pelan. Ada nada geli terselip dalam perkataan nya.
"Gue sibuk ngobatin hati sendiri, Gimana mau ngobatin hati orang lain. Sorry aja ya, patah hati gue aja belum sembuh, ya kali mau ngobatin orang lain. Bukannya ngobatin malah bikin komunitas patah hati lovers. Kan nggak lucu." Protes Liam tidak setuju ia juga sangat sibuk, sibut menata hati yang sedang patah hati.
Farah tertawa pelan, Liam kembali menyebalkan. Tentu saja, pria itu akan serius pada tempatnya. Begitupun sifat menyebalkan dalam diri pria disamping nya itu.
"Kenapa nggak elo aja, Bunda pasti seneng banget kalo lo yang bantuin dia. Secara, lo kan mantan calon mantu idaman nya dia. Lo aja, gue nggak mau, nanti gue di suruh bikin cucu. Nikah aja belum, udah disuruh bikin cucu." Tambah Liam kesal, ia tidak ingin terlibat dengan urusan Aluna--bunda paling bawel yang selalu nanya kapan ia akan menikah dan berhenti galau. Gimana ia mau berhenti kalo kriteria pasangan sehidup sematinya harus seperti Farah Nariswari. Cari dimana lagi coba?
"Makanya nikah dong! Ganteng udah, mapan udah, sholeh juga udah. Cewe-cewe, juga pada ngantri ingin jadi patner seumur hidup sama kamu. Nunggu apa lagi?" Tutur Farah tertawa geli atas reaksi Liam yang sangat enggan berurusan dengan Aluna--bunda Liam.
"Nunggu lo gimana?" Balas Liam sangat serius tanpa menoleh kearah Farah yang langsung membuat wanita itu bungkam seketika.
"Kamu lihai banget sih, bikin jantung anak orang mendadak konslet. Nggak lucu banget, nikah sana!!" Sahut Farah setelah terdiam atas ucapan yang Liam tuju kan pada nya.
"Rencana sih, juga pengen nikah dalam waktu dekat ini. Undangan juga udah siap. Cuma nama buat dampingin gue di kertas undangan belum nemu." Kata Liam terkekeh pelan.
"Basi banget sih, ngeles aja terus. Tante Luna, curhat sama aku. Kamu yang terus-terusan nolak kalo ditawarin cewe. Bukannya kandidat tante Luna potensial semua plus dijamin kualitasnya?" Cerca Farah pada Liam. Membuat pria itu mendengus sebal atas perkataan nya.
"Maka nya dari itu, gue bingung milih nya." Sahut Liam cepat membuat Farah tertawa geli.
Liam pamit undur diri karena pesawat yang ia tumpangi akan segera berangkat. Liam tersenyum manis dan memberikan semangat pada Farah.
Farah membalas senyuman Liam dengan tulus dan mengucapkan terimakasih karena telah menemani nya. Serta tak lupa pula ia kembali kan headphone milik Liam. Ia dan Liam berbeda pesawat. Karena Liam menggunakan pesawat dengan kelas bisnis sedangkan ia menggunakan pesawat kelas ekonomi.
---
Mau tau, mana suara nya yang suka kalo Liam dan farah bersatu?
Menurut kalian, mending farah dan Faiz atau Liam dan Farah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhamdulillah Berjodoh
Spiritual"Maaf karena aku, tidak bisa mencintai kamu secara sembunyi-sembunyi. Karena mencintai mu secara terang-terangan adalah usaha ku untuk memperjuangkan mu menjadi miliki ku." -Farah Nariswari- "Perempuan itu harus punya sifat malu yang tertanam dalam...