Bab 28: Lelaki impian

5.1K 235 0
                                    

"Saya bukan pria terbaik, untuk bisa mencintai putri anda. Sebab, saya merasa sungkan pada pria yang lebih layak untuk putri anda cintai."
-Gemilang Al-Ghifari-

---

Farah, menatap wajah Gemilang yang nampak lesu sejak pulang dari kantor. Bukankah sebentar lagi mereka akan berangkat ke rumah Terra? Ia pikir Gemilang sedang banyak pikiran, karena raut bahagia itu seakan sayu dari wajah abang nya.

"Sejak kapan mau ketemu calon permasuri hatinya abang, jadi lesu gini." Cibir Farah pada Gemilang yang nampak lesu bahkan sesekali pria itu memijat kening nya lelah.

"Di tolak, sebelum berperang ya bang." Sambung Farah terkekeh pelan.

"Anak kecil nggak usah kepo sama urusan orang tua." Balas Gemilang kesal.

Panggilan bunda mereka, menghentikan percakapan adik dan kakak tersebut. Gemilang langsung meraih tangan Farah untuk mengikuti ayah dan bunda mereka menuju mobil untuk makan malam bersama keluarga Terra sekaligus meminta jawaban atas lamaran yang ia ajukan pada Terra beberapa bulan yang lalu. Dan ia juga telah mengirim supir pribadinya untuk menjemput Lubna dan memberikan dress code agar serasi dengan nya.

---

Dilain tempat, seorang wanita dengan dress syar'i berwarna abu-abu itu mendadak gelisah. Bos nya itu benar-benar sesuatu. Bahkan untuk urusan baju saja, dia harus di atur. Ia menggelengkan kepala nya agar kembali berpikir husnudzon pada bos nya itu. Mungkin memang acara malam ini harus memakai dress code. Bahkan mang Uyat berserta istrinya sesekali memeriksa keadaan nya yang gelisah sejak tadi didalam mobil. Karena jujur jantung nya mendadak berdetak kencang setelah sampai di pekarangan rumah mewah yang ia pikir bukan milik keluarga Gemilang, seperti nya kediam Terra calon istri bosnya itu.

Melihat kedatangan Lubna, Gemilang langsung menghampiri wanita itu. Sedangkan keluarganya telah berkumpul dimeja makan.

"Bisa kamu tersenyum dan mengangguk saja, jika ada yang bertanya." Bisik Gemilang pada Lubna  yang tiba-tiba berjinjit kaget akibat bisikan nya.

"Bagaimana jika saya ingin jawabannya, apakah harus diam saja?" Tanya Lubna menatap tidak suka kearah Gemilang.

"Bantu saya." Pinta Gemilang lembut. Jujur Lubna mendadak senam jantung. Mengapa ia tiba-tiba lemah seperti ini? Jatuh cinta dan menganggumi seseorang yang belum halal itu bukan hal yang baik karena akan mengakibatkan kesedihan.

"Tidak dengan kebohongan." Balas Lubna setelah mereka dekat dengan meja makan tempat para keluarga berkumpul.

"Saya akan bertanggungjawab." Putus Gemilang. Membuat Lubna diam dan mengikuti pria itu dengan gugup.

Farah tersenyum pada Lubna, karena ia telah mengetahui rencana kakaknya nya itu. Sedangkan Bara dan istrinya menatap heran pada Gemilang yang membawa Lubna bahkan dengan baju yang bisa dikatakan couple karena warnanya serasi.

Lubna tersenyum pada semua yang hadir di acara makan malam termasuk pada Terra. Dan satu hal yang membuat nya takut ialah, mengapa ia dan Gemilang harus duduk bersebelahan berserta baju dengan warna yang sama. Bukankah posisi nya sangat tidak strategis. Jujur ia ingin sekali menangis saking takut nya. Bahkan om Bara dan istrinya menatap nya heran. Karena ia pun kebingungan pada situasi malam ini.

"Maaf sebelumnya om dan tante, saya ingin menjelaskan sesuatu kepada kalian. Mengenai lamaran saya pada Terra. Mungkin saya sangat brengsek karena telah memberikan harapan menyakitkan pada Terra. Tapi saya pun tidak bisa lari dari tanggungjawab saya sebagai seorang pria." Kata Gemilang, membuat jantung Lubna berdetak semakin kencang. Ia benar-benar, merasa ada bau yang tidak beres.

Keluarga besar mereka menatap bingung mengenai arah pembicaraan Gemilang. Sedangkan Terra mulai mengerti, apa yang Gemilang lakukan. Tapi ia tidak suka, jika Gemilang harus pura-pura menjadi brengsek didepan keluarga nya. Terlebih untuk nya yang telah mencampakkan pria didepan nya. Farah yang berada disamping Lubna mengenggam jemari wanita itu dengan kuat. Ia pikir Lubna akan syok atas perkataan Gemilang.

"Saya mencintai wanita disamping saya om. Maaf karena saya baru menyadarinya setelah saya melamar Terra. Karena Terra berhak mendapatkan pria yang mencintainya tapi bukan saya om." Sambung Gemilang, membuat dua keluarga itu tertegun. Namun tidak untuk Terra, air matanya berjatuhan. Ia benar-benar tidak sanggup mendengar ucapan Gemilang.

Lubna yang mendengar tersebut hanya bisa tersenyum takut. Karena semua orang menatap nya. Apakah pertemuan Gemilang dan Terra waktu itu adalah rencana pembatalan lamaran. Harus kah Gemilang, menjadikan nya tumbal? Bukankah sangat keterlaluan, karena sebenar nya ia diam-diam mencintai Gemilang sejak pertama di pindahkan menjadi sekretaris. Saat bos nya itu mengatakan bahwa akan melamar seorang wanita, hatinya benar-benar patah. Dan diam-diam pun ia sudah mencoba mengikhlaskan nya secara perlahan.

Mengapa Terra, menolak pria seperti Gemilang? Pia yang sangat ia impikan. Andaikan saja ucapan yang Gemilang katakan adalah kebenaran, ia akan bersorak girang dan menjerit bahagia. Namun semuanya hanya delusi yang ia inginkan. Karena semuanya hanya lah sandiwara dan kebohongan semata untuk menyelamatkan Terra.

---

Siapa hayoo yang dukung Lubna dan Gemilang bersatu?

Atau kalian lebih suka Terra dan Gemilang?

Comment dong?

Alhamdulillah BerjodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang