Bunga

748 57 0
                                    

Namaku Bunga, remaja 15 tahun dengan penampilanku yang serba biasa, rambut pendek hitam sebahu dan berponi, mata yang rabun dan kulit yang pucat seperti mayat hidup. Karena hal itulah mungkin aku sering dibully sejak pertama masuk SMA.

Diejek, dicela, dan berbagai gangguan lainnya seolah sudah menjadi hal rutin bagiku. Satu tahun telah berlalu, dan kini aku sudah menduduki bangku kelas 2. Meski aku yakin tidak ada hal baik yang akan terjadi, tapi aku masih tetap berharap, setidaknya biarkan jiwaku merasa sedikit ketenangan.

Seminggu setelah semester tiga baru dimulai, kami kedatangan siswa pindahan. Dia seorang laki-laki yang lumayan tampan, mata coklat, rambut hitam, dan kulit yang seputih pasir. Sudah pasti, dia akan menjadi siswa populer di sekolah. Tapi apa dan bagaiman pun itu bukanlah urusanku, bahkan ketika dia harus jadi teman sebangkuku sekalipun.

Aku harus menjaga jarak dan menjauhinya, itu akan lebih baik untukku daripada terlibat masalah.
Apa yang kupikirkan ternyata salah, dia tidak seperti siswa populer lainnya. Dia baik, sangat baik bahkan kepadaku sekalipun. Dan bukan hanya itu, dia juga penuh dengan misteri.

Sejak hari pertama dia masuk, dia terus saja mencoba akrab denganku. Bagaimana pun aku mengabaikannya agar terhindar dari masalah, namun dia tetap saja mendekatiku dan begitu perhatian kepadaku.

Sampai akhirnya aku terllibat dalam masalah yang sama kembali. Pembuliyan kembali terjadi. Dan tentu saja pelakunya adalah gadis-gadis yang menbenci kedekatanku dengannya. Hampir disetiap saat ketika aku dicaci maki dan diganggu, dia selalu datang entah dari mana hanya untuk membelaku dengan berbagai cara.

Sampai akhirnya mereka menyerah menganggu ku ketika dia menyatakan cintanya kepadaku di depan semua orang dengan begitu romantisnya.
Aku seolah tidak percaya akan hal yang telah terjadi, namun kini dia telah menjadi seorang pangeran yang selalu menjagaku.

Hampir disetiap minggunya dia mengirimkanku bunga. Seminggu setelah kami jadian dia memberiku setangkai mawar merah tua yang masih segar. Minggu kedua dia memberiku bunga Corn Poppy merah. Di minggu ketiga dia memberiku bunga Spider Lily merah.

Di minggu berikutnya tepat saat kami merayakan satu bulan jadian. Dia datang ke rumahku, menjemputku di depan pintu dengan menghadiahkan bunga Lily putih kesukaan ibuku. Ibuku menerimanya dengan senyum dan melepas kepergianku dengannya.

Dia ingin mengajakku ke suatu tempat sebagai kejutan hari jadi. Saat dia membukakan pintu mobilnya untukku, disana telah ada serangkaian bunga cempasuchil atau yang lebih dikenal dengan bunga Marigold bewarna orange. Dia sungguh perhatian, bagaimana dia tau kalo orange adalah warna kesukaanku.

Tidak hanya itu, dia juga memasangkan bunga Kamboja kuning di atas telingaku, dan menutup mataku dengan kain sebelum kami berangkat ke tempat tujuan. Dia begitu romantis hingga membuat jantungku terus berdegup kencang. Setelah beberapa menit berkendara, kelihatannya kami hampir sampai di tempat tujuan.

Namun, entah kenapa aku punya firasat yang buruk tentang ini. Dengan mata yang masih tertutup, aku merasakan hawa dingin di tempat dia menuntunku, aku merasa seperti dituntun ke sebuah ruangan yang gelap dan dingin serta memancarkan aroma yang tidak sedap. Itu hampir seperti aroma darah segar dan aroma beberapa bunga yang terasa aneh.

Saat dia membukakan kain yang menutupi mataku, spontan aku terkejut melihat ruangan yang kami masuki begitu aneh, ada simbol pentagram yang tergambar di dinding dan lantai ruangan, kain-kain hitam yang menghiasi setiap sudut dinding serta beberapa hiasan aneh lainnya yang tidak aku mengerti.

Aku sangat heran dan menatapnya dengan penuh tanda tanya. Dia berdiri didepanku dengan seringai di wajahnya. Seketika saat dia memetik jarinya, lima orang berjubah hitam memasuki ruangan dan berdiri tepat di belakangku. Aku yang ketakutan tidak bisa melakukan apapun dengan badanku yang gemetaran. Benda tajam seperti jarum menusuk leherku dari belakang.

Tepat sesaat sebelum aku kehilangan kesadaranku, aku mendengarnya mengucapkan sesuatu seperti pesta pengurbanan gadis perawan.

Sudah kuduga, pada akhirnya tidak ada hal baik jika berurusan dengannya. Kelihatannya tidak ada waktu yang tenang untuk jiwaku.




***********

Story By : Raiy404

Ssstt !!! I'll Tell You More...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang