The Wall

172 16 0
                                    

Aku dan istriku baru pindah ke apartemen baru. Apartemen itu termasuk kecil; hanya ada dapur, satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang keluarga. Semua bagian ruangan juga termasuk kecil, Kami tidak begitu memusingkan hal ini karena harga sewanya lumayan murah.

Aku dan istriku tidak punya cukup uang untuk menyewa apartemen lain lagi, jadi kami berusaha membuat kami merasa nyaman di apartemen baru kami ini.

Satu hal teraneh disini adalah dinding bagian kiri seperti berongga, seperti ada ruang didalamnya. Sedangkan dinding sebelah kanan terbuat dari beton yang kokoh. Aku tidak menyadari hal ini saat pertama kali kami pindah. Tetangga kami sangat individual sekali. Ketika kami pindah, satu-satunya tetangga yang beramah tamah pada kami adalah
pasangan White.

Pasangan itu tinggal tepat di sebelah apartemen kami,dan mereka adalah pasangan tua (kakek-nenek). Mereka sangat baik. Ketika pertama kali kami datang, mereka membawakan kami hadiah “welcome to the building”, yang mana selalu mereka lakukan pada setiap penghuni baru apartemen. Mereka memberi kami beberapa potong pie apel yang sangat lezat.

Sekitar lima atau enam bulan setelah aku dan istriku pindah, datang seorang pria yang baru pindah juga, yang kamarnya tepat disebelah kamar kami. Aku ingat pertama kali kami bertemu. Saat itu, aku baru pulang dari membeli bahan-bahan makanan, dan ketika aku menaiki tangga, secara tidak sengaja aku menabrak seseorang dibelakangku.

“Maaf, permisi tuan...” Tapi aku tidak tahu siapa nama pria ini. Gedung apartemen kami sangat kecil, jadi sangat memungkinkan seseorang mengetahui sesorang lainnya.

Pria yang aku tabrak itu kira-kira berusia setengah baya. Mungkin 50 tahunan. Dia agak sedikit aneh, kurasa. Diwajahnya banyak kerutan karna usia, kulitnya putih pucat, dan rambut panjang hitamnya yang berminyak tidak terawat. Dia kelihatan tidak begitu sehat dan perlu ke dokter. Matanya berwarna ungu gelap, aku belum pernah melihat mata seperti itu sepanjang hidupku.

“Peters” pria itu tersenyum lebar. Giginya sangat menjijikkan, seperti tidak pernah dibersihkan sehingga kotorannya terlihat membusuk disela-sela giginya. Aku
dapat mencium bau busuknya dari tempatku, yang mana seperti bau busuk dari sisa daging yang telah membusuk. Tapi, diluar penampilanannya yang 'menakutkan', dia cukup baik.

“Senang bertemu anda, pak Peters. Namaku Matt. Apakah kau baru di apartemen ini?” tanyaku.

Senyum tuan Peters menjadi makin lebar. Seperti ditarik dari sisi telinga kiri sampai ke telinga kanannya. Aku heran, bagaimana bisa manusia bisa tersenyum selebar itu.

“Ya, saya baru pindah, dan tinggal tepat disebelah kamarmu.” Dia berkata ketika kami berdua melangkah naik kelantai atas.
Ketika kami sampai dilantai atas, pak Peters melangkah dengan cepat ke pintu, membukanya, dan menutupnya segera. Itu sangat aneh, pikirku. Dia sangat cepat. Aku menghela nafas.

“Bagus, sekarang aku punya tetangga yang aneh” gerutuku.

Jam menunjukkan pukul 4 sore. Sandra, istriku, masih berada ditempat kerjanya. Dia seorang hair stylist, dan aku seorang chef di restoran Italia lokal. Tapi kini restoran itu telah tutup. Aku meletakkan belanjaanku ke meja dapur dan mulai untuk menatanya. Aku tidak belanja banyak, hanya
beberapa liter susu, mentega, daging asap, dan sekotak cereal.

Kemudian, aku mendapat sms sari temanku,
Tyler. “Bro, aku akan memberimu permainan baru 'The Red Dead Redemption', dan kau harus datang kesini untuk mengambilnya dan kita bisa bermain
bersama.” Begitulah isi pesannya.

Sebenarnya sekarang aku bukan lagi seorang pecandu game, tapi Tyler adalah teman terdekat ku yang aku punya saat ini, aku tidak ingin mengecewakannya. Kami sudah berteman sejak disekolah menengah. Aku dulu punya Xbox 360, Tyler dan aku akan bermain bersama sepanjang waktu.

Ssstt !!! I'll Tell You More...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang