Cara mudah untuk mengikhlaskan adalah... mengingatnya kembali dengan sepenuh hati.
♡♡♡
"Jadi, seorang Rinai lagi patah hati nih?"
Hanya sebuah pertanyaan retorik.
Merasa lucu, gadis dengan rambut dikuncir kuda yang ditanyai tadi mendengus geli. Namun juga enggan untuk memberikan sahutan lebih.
"Masih jaman?" Gelak tawa terdengar setelah kalimat itu selesai diucapkan gadis dengan rambut terurai.
"Apaan sih!" Ketus gadis dengan rambut dikuncir kuda. Asik memainkan sedotan pada jus tomatnya yang kini setengah tersisa.
"Kamu yang apaan, biasanya juga kamu yang ceramahin aku pas patah hati."
"Tapi ini tuh beda, Ra. Aku nggak pernah ngerasain ini-"
"Makanya Tuhan bikin kamu patah hati kali ini supaya kamu ngerasain dan ambil hikmahnya."
Helaan napas terdengar. Mungkin enggan berdebat dengan si gadis dengan rambut terurai.
"Kamu lupa? Cara terbaik untuk melupakan versi kamu itu dengan diingat-ingat lagi. Sepenuh hati, baru relakan."
"Ingatlah. Tapi aku beneran gak mau ingat itu lagi, Ra. Bahkan tanpa aku ingat pun, hal itu terus berputar di otak aku. Kayak kaset rusak yang terus diputar ulang."
"Itu tandanya kamu masih belum ikhlas, sama sekali belum mau lupain hal itu. Kalau kamu gak mau move on, sampai kapanpun kamu gak bakal move on, Nai."
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiksi
Short Story[Lengkap] Entah sampai kapan kamu akan menjadi sebuah adiksi paling menyakitkan untukku. Written by Asharumi. Start: 08 November 2018 End: 25 Desember 2018