Lembar 44

633 41 0
                                    

"Terimakasih untukmu yang telah memberiku luka. Kini aku sudah cukup dewasa untuk mengikhlaskan semuanya."

♡♡♡

Rinai, gadis yang sedari tadi hanyut dalam tulisannya itu akhirnya berhenti. Menatap laptop yang masih menyala itu dengan tatapan kosong.

Semuanya sudah selesai.

Ia lega. Kini, walaupun sedikit, ia sudah bisa menerima semuanya.

Arga Sanjaya.

Sudah dua tahun nama itu tersemat dalam hatinya. Masih belum juga beranjak pergi.

Drrtt drtt

Getaran pada ponsel membuat gadis itu mengalihkan pandangan, berkedip saat menatap nama 'Ra' mengiriminya sebuah pesan.

'Udah selesai nulisnya?'

Rinai tersenyum, lalu mengetikkan sebuah balasan.

Anda
Udah

Ra
Gimana?

Anda
Aku udah cukup nerima semuanya. Tapi perlakuan Rani dua tahun lalu emang belum bisa sepenuhnya ku maafin sih wkwk

Ra
Mak lampir kaya dia ngapain dimaafin_- kalo aku satu sekolah sama kalian, udah aku bogem itu anak beneran dah

Anda
Wkwkw udah ah nggak usah inget-inget dia lagi. Lagian bentar lagi lulus kan? Aku nggak mau cari musuh.

Ra
Jadi km mau minta maaf walaupun kamu nggak salah?

Anda
Nggak tau deh. Males banget berurusan sama dia sebenarnya. Lagian, aku sama sekali nggak ada salah loh sama dia kalo dipikir2 wkwk

Rinai mematikan ponselnya. Tidak memedulikan jawaban apa yang akan diberikan oleh teman sejak kecilnya itu.

Rani.. nama itu seketika mengingatkannya pada sebuah kenyataan pahit. Kenyataan yang masih belum bisa ia terima.

Padahal dua tahun sudah terlewat.

Namun nyatanya luka itu belum sepenuhnya kering.

Rasa tidak percaya dan terkhianati.

♡♡♡

Adiksi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang