Part 3

60 7 0
                                    

Sehabis baca, vote ya.

30 Juli 2018
19.14

•••

"Selamat pagi, udah mendingan? Makanya masuk kerja" Ucap seseorang dari arah belakang mengagetkanku yang tengah berjalan menuju ruangan kerjaku.

Aku menengok keasal suara dan mendapatkan seorang lelaki dengan tubuhnya yang agak tinggi dariku

"Ah.. iya. Pagi juga" Sebenarnya aku sedikit bingung ingin membalas apa perkataannya itu. Agak risih sebenarnya mendengar dia mengajakku berbicara. Bukan tanpa alasan aku risih seperti ini.

"Syukurlah kalau kamu udah sehat" Aku tersenyum kikuk "Terima kasih"


Aku mempercepatkan langkahku, ingin segera menghindari dirinya. Akhirnya sampai juga ditempat kerjaku.

Sudah lebih dua minggu aku meninggalkan ruangan ini. Rasanya berat pekerjaan yang sudah menemani hariku harus kutinggalkan.

•••

"Wohoo. Masih bergelut aja lo sama kertas kertas"

"Hm.. Lo tau sendiri 'kan gue gamasuk berapa hari" Ucapku tanpa menoleh kearahnya

Dia melotot "Berapa hari lo bilang? Seharusnya tuh Minggu bukan Hari"

Aku terkekeh "Sama aja kali. Minggu bisa dijadiin hari kan?" Dia merenggut "Sakarepmu lah. Udah jam makan siang, you gak kekantin?"

Aku mengangkat kepalaku dan menatap kearahnya "Gak deh, lo aja yang kekantin"

Ya.. Pekerjaan ku menumpuk. Hari ini juga harus segera diselesaikan. Aku harus bertanggung jawab atas kerjaan yang terbelangkai dua minggu ini. Walaupun.. Sebagian memang sudah diambil alih sama yang lain.

Dia memincingkan matanya, menatapku ragu akan keputusanku ini "Really? Paling makan sebentar doang. Gak lama, Lo dari pagi belum makan apapun 'kan ?"

"Iya bener, udah lo kekantin aja. Uh? Iya sih. Hehee"

"Kalau Gara tau lo begini gimana"

Seketika aku terdiam. Benar memang. Kalau nanti dia tau aku melewatkan makan siang bagaimana? Apa dia marah padaku? Tadipagi pun dia sudah mengingatkan ku berulang kali tentang ini.

Kalau sudah bersangkutan dengan Gara. Aku bisa apa.

Kring kring kring

Ponselku berdering ada panggilan masuk dan lihat. Ternyata Gara. Baru saja dipikirkan sudah muncul di telepon. Segeralah aku mengangkatnya daripada ia marah gegara aku lama angkat panggilannya.

"Iya, Halo"

"..."

"Belum selesai, sebentar lagi"

"..."

"Inget Gara, dikit lagi selesai."

"..."

"Huft... Iya iya aku makan sekarang"

Tut.

Always TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang