9 Agustus 2018
17.26■
"Sebelumnya Makasih tapi seharusnya Kamu gak perlu repot-repot anter jemput Aku."Dia hanya diam
"Aku ngerasa gak enak sama kamu, kalau begini terus, bukannya apa. Tap---"
"UDAH BERAPA KALI, AKU BILANG. AKU GAK NGERASA REPOT ATAUPUN APA. INI KEMAUANKU SENDIRI! JANGAN MERASA GAK ENAK SAMA AKU"
Gara membentakku. Sulit dipercaya, dia yang selama ini bersikap manis dan lembut padaku tetapi sekarang dia membentakku.
Apa aku keterlaluan? Aku hanya mengungapkan yang sebenarnya. Aku tidak bermaksud untuk menyinggungnya.
Aku memandang kearah luar, diluar hujan. Sama halnya dengan mataku yang mengeluarkan air mata.
Mobil berhenti dan aku melepaskan seltbelt.
"Terima kasih" ucapku tercekat mungkin karena sehabis menangis tadi? Entahlah. Aku pun segera keluar dan masuk kedalam rumah.
Author POV
Sepeninggalannya, Gara masih terdiam ditempatnya memandang kedepan dengan tatapan kosong.
Dia tidak salah karena sudah membentaknya. Benar, dirinya tidak salah. Tetapi, kenapa dihatinya merasa bersalah. Sangat bersalah karena membentaknya.
Urusan kantor yang sedikit bermasalah karena karyawannya yang kuran teliti membangkitkan emosinya, ditambah tadi dia mengucapkan hal itu. Yang jelas jelas tidak mau, Gara mendengarnya. Hasilnya, dia kelepasan.
"Kamu bukan hanya sekedar orang asing bagiku, aku gak ingin kamu merasa gak enak sama aku. Aku hanya ingin selalu bersamamu. Apapun itu, kumohon mengertilah" lirih Gara.
▪▪▪
Gara memasuki rumahnya dengan lesu. Dia langsung kekamarnya untuk mengistirahatkan dirinya.
Hari yang begitu melelahkan. Meluapkan emosi kepada orang yang tidak ada sangkut-pautnya.
Jadi, apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia tidak boleh egois. Dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk menjaganya semampu yang ia bisa.
Apalagi dengan keadaan yang tidak memungkinkan yang ada pada diri gadis itu. Harus extra menjaganya.
Dia tidak rela jika gadis itu harus mengalami sakit. Seandainya saja bisa digantikan, pasti dirinya yang akan menggantikannya. Dia dan gadis itu akan selalu bersama sampai kapan pun itu apapun kondisinya.
Ting!
Bunyi handphone membuyarkan pikirannya. Dia segera bangkit dari tidurnya untuk mencari keberadaan handphonenya. Setelah ketemu, ia membuka chat yang masuk dan seketika rasa lelah yang dirasakannya hilang, Senyumnya perlahan terbit.
Ia segera membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia berjalan menuju lemari dan pilihan untuk dipakainya jatuh pada kaos sedikit ketat yang dipadukan dengan celana levis panjangnya.
Setelah semua sudah selesai, ia pergi dari rumahnya menuju tempat tujuannya.
@@@
Tok!Tok!Tok!
Ketukan pada pintu terdengar nyaring, membuat sang pemilik yang berada didalam rumah berdecak kesal.
Perempuan itu lantas bangun untuk membukakan pintu tersebut.
"Kebiasaan! Biasanya juga langsung masuk. Ada duplikat kunci gue kan lo?" ucapnya setelah membuka pintu.
Gara melepaskan sepatunya lalu pergi kearah dapur, tidak memerdulikan perkataan perempuan yang tadi bicara.
"Kenapa sih? Btw, kok sendiri? Biasanya nempel terus ama doi."
Gara menegak air putih dan setelahnya menaruh gelas itu dengan tangan yang sebelahnya bertengger disisi meja.
"Listen! Aku tadi gak sengaja bentak dia. Jangan potong dulu!" ujarnya setelah melihat lawan bicaranya ingin memarahinya.
Gara melanjutkan ucapannya "Aku kelepasan, karena ada sedikit urusan kantor yang membuatku pusing dan marah marah. Ditambah lagi dia bicara seperti itu. Ya udah, jadi kelepasan."
Dia berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya disana dengan sebelah tangannya menutupi mukanya "Sorry , Kar"
Lawan bicaranya terdiam, memang ini sudah hal biasa terjadi. Apa boleh buat? Ini urusan mereka, dia tidak boleh sepenuhnya ikut campur dalam hal ini.
Perempuan yang dipanggil 'Kar' itu hanya bisa menghela napas lelah dengan keadaan mereka berdua yang terkadang baik, marahan, Ambekan, Berantem, entahlah begitu banyak istilah yang sudah terjadi pada mereka.
"Yaudahlah, lain kali jangan terpancing." Hanya itu yang bisa diucapkan olehnya.
Gara bangkit dari posisinya yang terbaring lalu menatap kearah perempuan itu "Karla, Jalan yuk!"
√√√
Malam ini, hanya duduk berdiam diri dibalkon kamar yang dapat menyejukan pikiranku. Ditemani coklat panas dan rintikan hujan yang menyebarkan aroma menenangkan.
Aku kembali melihat handphone ku. Mengecek, apakah ada panggilan atau pesan. Ternyata, tidak.
Bingung. Itu yang kurasakan saat ini. Sejak kejadian dimobil tadi, Gara sama sekali tidak menghubungiku. Ini sudah beberapa kali terjadi. Biarlah, dia menenangkan dirinya dahulu..
Aku bimbang, untuk mengiriminya pesan terlebih dahulu. Apa dia nanti akan membalasnya? Apa akan direspon? Apa nanti hanya diread saja?
Aku akan mencobanya. Aku tidak perduli dengan apa yang akan kudapatkan nanti. Sungguh, aku khawatir dengan keadaannya saat ini. Dia suka tiba-tiba demam jika disituasi seperti ini. Itu yang membuatku khawatir.
Gar.
Send at 20.35
Sudah. Aku sudah mengirimnya. Aku akan menunggu sampai dia membalasnya.
Tingnong!
Bel rumahku berbunyi. Siapa yang malam-malam datang kesini. Aku lantas pergi dari balkon kamar untuk mengeceknya.
Kutinggalkan ponselku dalam keadaan masih terpampang pesanku kepada Gara.
Sepeninggalnya, ponsel tersebut berbunyi sampai dering ketiga dan mati. Begitu seterusnya sampai sepuluh kali.
Gara is Calling..
===
Sorry for late up.
[Senin,19 maret 2018]
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together
General FictionBersamamu membuat hidupku berwarna. Bersamamu aku menjadi lebih hidup Kamulah penyemangat hidupku Semua seakan mudah saat kamu ada Semua menjadi terang saat melihatmu tersenyum Senyummu, itu favoritku Ingin bersamamu terus tapi aku sadar Kamu gaperl...