Part 8

54 4 1
                                    


3 September 2018
08.27

Burung berkicauan saling bersautan. Mentari kini sudah mulai memunculkan diri untuk menyebarkan cahayanya. Membagi Kehangatan bagi kaum manusia yang membutuhkan.

Pagi ini, di salah satu rumah sangat sepi. Tidak ada orang ataupun suara sedikitpun. Apalagi dikamar yang terletak paling pojok itu. Keadaan dalam kamar rapi dengan kegelapan yang ada, meski samar-samar cahaya memaksa masuk dari balik jendela yang tertutup gorden.

Ditempat tidur, terpampang satu orang manusia yang masih bergelut dengan selimut, enggan pergi dari alam mimpi.
Terdengar suara ketukan pintu yang terburu-buru dari bawah. Dengan kondisi yang sunyi ini, cukup terdengar sampai keatas.

Merasa terganggu dengan suara itu, perlahan mata yang tadinya terpejam menjadi terbuka. Ia mengerjapkan matanya dan menatap sekeliling. Butuh waktu sampai nyawanya benar-benar terkumpul.

Suara ketukan itu menjadi keras serta dibarengi dengan suaranya yang memanggil sang penghuni rumah yang kini sudah bangun dari kasurnya.

"Ck! Gak sabar banget sih. Siapa coba pagi-pagi gini."

Sebelum kebawah untuk menemui makhluk yang mengetuk pintu rumahnya. Ia mencuci wajahnya terlebih dahulu. Tidak mungkin bukan, jika ia menghadap orang dengan wajah menyeramkannya ini dan penampilan yang sangat tidak memungkinkan untuk dilihat. Apalagi dengan rambut yang acak-acakan. Terlihat seperti... Huntu.

Ia keluar dari kamar menuju kebawah. Menuruni tangga dengan langkah gontai, lantaran memang ia masih mengantuk. Suara ketukan pintu sudah berhenti.

Orang itu tetap berjalan kearah dimana pintu berada dan lagi, kini terdengar lebih besar ketukannya.

"SABAR WOI! ORANG JUGA PUNYA TELINGA!" Bahasa gaulnya keluar. Dengan kesal, ia membuka pintunya lebar-lebar. Dan, terpampanglah wajah tidak penuh bersalah itu. Si empu pengetuk pintu hanya menyengir dan langsung menerobos.

"Bener-bener anak ini."

Setelah itu, ia menyusul keruang tamu dan duduk berhadapan dengan perempuan menyebalkan itu.

"Ini nih, yang bikin orang gabetah kesini." ucap Karla pertama kali

Keyrl mengeryit bingung lantaran tidak mengerti maksud ucapan yang sebenarnya itu sebuah sindiran.

"Ck! Kamu ini terlalu pintar! Sudahlah aku ambil minum dulu." Lalu, Karla pergi kedapur untuk mengambil minum meninggalkan Keyrl yang baru sadar.

Karla kembali dengan cemilan yang ada dikedua tangannya, yang ia dapatkan dari mengobrak-abrik kulkas dan didapatinya Keyrl terkekeh sambil menggaruk rambutnya yang ia yakini tidak gatal.

Dan Karla pasti tau, bahwa Keyrl baru mengerti maksud terselubung itu sebelumnya.

"Kok, Keenan mau ya sama yang model beginian." gumam Karla yang sudah pastinya hanya dia yang dapat mendengarnya meski Keyrl menangkapnya dengan samar-samar.

"Apa Kar?"

"Oh enggak, bukan apa-apa." Syukurlah, Keyrl tidak mendengarnya. Jika iya, habis dirinya.

"Ehm Key."

Keyrl memusatkan perhatiannya pada Karla. Mencoba untuk mendengarkan perkataan Karla---yang pastinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan serius.

"Key, kamu tau kan. Kalo aku gak bisa dibohongin?"

Keyrl mengeryit bingung tetapi ia menggangguk membenarkan "Iya." jawabnya pelan tapi ragu. Keyrl tahu ini pasti pembicaraan yang memungkinkan kedepannya bingung untuk menjawab apa.

Always TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang