Prolog

3.7K 320 11
                                    

[PROLOG]

Semua yang kulakukan adalah mewarnaimu dalam putihku, kertas yang kosong.

Namun, kemudian aku menyadari, kertas itu sudah menjadi gambar yang rampung..

BTS – HOLD ME TIGHT LYRICS


BAEKHYUN

Dia tertawa ketika melihatku berada bersama pancinganku dengan wajah jenuh yang terpasang di wajahku. Aku tidak antusias tertawa lepas sepertinya karena kini yang sedang dia jadikan bahan tawa adalah aku.

Apalagi? Kalau bukan kesialanku hari ini yang terus saja gagal menangkap ikan padahal umpannya selalu saja berhasil dimakan oleh entah siapa.

Aku mengayunkan kembali tali pancingku ke dalam sungai. Masih dengan celana olahraga sekolah yang ia kenakan, kini turun dari atas jembatan dan mendekat padaku. Tentu, masih senyuman yang tersungging jelas ditutupi begitu jarak ia berada, makin mendekat padaku.

Ia menyentuh bahuku dengan jemarinya, sedikit kasar seperti biasanya dia menyentuhku. "Hey! Apa yang kau dapat dari membolos pada saat konsultasi dengan wali kelasmu untuk kau masuk ke jenjang perguruan tinggi?"

Tanyanya padaku seraya melihat pada ember air yang masih kosong belum terisi ikan atau apapun itu. Seperti sedikit kecewa di balik sorot matanya, ia kembali bersuara. Suara yang mungkin tidak akan kugantikan penobatannya sebagai suara tercantik yang masuk ke dalam pendengaranku pada sisa hidupku ini.

"..ikan juga kau tidak dapat satupun. Apa saja yang kau lakukan di sini, Byun Baekhyun -sunbae? ah, perlu kutambahkan 'nim' di belakangnya?"

Ia menggodaku, secara teknis umur kami hanya terpaut setahun saja. Dia lebih muda dariku. Secara tingkatan yang benar, aku seharusnya masih menjadi siswa baru sama sepertinya di SMA kami bersekolah. Namun, tahu kenapa ia membahas konsultasi wali kelas untuk perguran tinggi?

Ya, bisa dikatakan aku punya otak cerdas diatas rata - rata yang membuatku kini langsung melompat ke tingkat akhir sekolahku -kelas 3 SMA. Dimana aku akan menyiapkan ujian kelulusan tahun ini, dimana dia masih baru akan naik kelas 2. Orang banyak menyebutnya, akselerasi.

Jangan bilang aku hebat. Atau aku sombong. Karena, tiap hari telah terwakilkan oleh dia yang kini berdiri di dekatku, sedang mencopot sepatu talinya dan membungkukkan badannya. Kakinya menyentuh permukaan air yang masih dingin, karena ini adalah musim peralihan dari semi ke panas.

"Tidak perlu. Dengan 'nim' kau akan membuatku terlihat tua. Tidak seru jika aku yang menemui wali kelas, akan seru jika sebaliknya." Aku menjawab, sementara pendegarku kini menoleh padaku, menatapku sebal dan jijik -bukan dalam artian sungguhan. Dia, memang seperti itu.

"Ya Tuhan! Kau mulai sombong. Aku gerah melihat sikapmu, sungguh. Bisa tidak, merendah hati sedikit -saja."cercanya dengan mempersempit jarak antara ibu jarinya dengan telunjuknya, di depan wajahku.

Membuat aku pada akhirnya tertawa setelah sempat jenuh dengan pancinganku yang gagal. "Sayangnya tidak bisa, nona Park."

Ia hanya memutar malas mendengar ocehanku atas cercaannya. "Aku sepertinya tidak akan ke jenjang perkuliahan setelah lulus."katanya menerawang pada cakrawala dimana senja sudah hadir diantara aku dan dia.

"Wow. Kenapa memang?"tanyaku, ia memasang wajah lesunya tiba - tiba. Sementara, aku tak begitu prihatin. Membuatku merasa, pasti ia akan mengatakan sesuatu yang membuatku tidak akan setuju dengan kata - katanya. Aku tahu, dia bukan gadis yang bisa melankolis tiba - tiba sementara sifat galaknya saja mendominasi 90% dari semua sifat manusia umumnya.

【END】Book 1: Hold Me Tight  「꽉 잡아 내 손으로」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang