#spoiler 3
Aeri tersenyum tipis sebagai tuntutan pekerjaannya sebagai seorang bartender kelab malam bergengsi di daerah Gangnam memang mengharuskan seperti itu. Pelanggan kelab malam itu kebanyakan anak dari para pejabat, pewaris perusahaan atau cucu dari sebuah generasi kaya kategori lainnya. Mereka yang tidak punya kegiatan selain menghamburkan uang orang tua mereka, atau pun kakek-nenek mereka berada di sini, sebagian besar ya begitu.
Namun, Aeri tidak berpikir untuk menjadi mereka, karena hidupnya sekarang sudah lebih dari cukup dan membuatnya bahagia karena ada Baekhyun di sisinya. Ia harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua, ditambah dirinya juga sudah terlanjur untuk merampungkan studi sastra paska-sarjana nya.
“Kau sudah menikah ya, Nona?”
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling sering diajukan oleh mereka para chaebol bergender lelaki yang di mata Aeri semuanya seorang bad boy atau playboy. Jika sudah begitu, Aeri hanya akan tersenyum tipis, atau paling tidak menjawab singkat. “Statusku bukan hal yang diperjualbelikan di sini. Silahkan mabuk sepuasmu dan jangan ganggu orang yang mencari uang.”
Mungkin,jika jawaban dari mereka malah semakin menggoda Aeri, Aeri akan meminta orang lain untuk menggantikannya. Karena jujur saja, Aeri bukan tipe orang yang bisa membalas setiap perkataan orang yang berani menyudutkannya atau membuatnya terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan. Dan, sejak Aeri bekerja di kelab malam tak jarang Baekhyun menjemputnya ketika jam kerja Aeri usai atau menitipkan Aeri untuk Jason antar jika sudah selesai. Aeri tidak pernah dibiarkan sendirian.
“Operasi di bagian mana saja yang kau lakukan, Nona hingga cantik begitu?”
Dan ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh gender wanita kebanyakan yang dilayani Aeri saat mereka mabuk. Meski sebagian besar dari mereka bertanya begitu saat mabuk, namun Aeri tahu mana yang benar-benar tidak sadar dengan kata-kata mereka dan setengah sadar bahkan dengan sadar mereka mengatakan hal menyinggung itu di depan Aeri. Padahal boro-boro untuk operasi plastik, wajah ini adalah apa yang ia dapatkan dari lahir dan asuhan Ibu pantinya, bahkan beli pelembab saja harus membongkar isi tasnya untuk menemukan beberapa koin yang tersisa agar tidak perlu ada kembalian yang menambah berat tasnya.
Jason yang menyadari perubahan wajah Aeri mendekat, “Noona, antarkan ini saja ke meja 7 di sana.”
Aeri tidak menjawab, namun menuruti perintah Jason dan berjalan ke sana. Kemeja yang ia lipat sampai sikut, diturunkan menjadi lengan panjang. Aeri tidak mengatakan apapun dan hanya meletakan minuman yang ada pada nampan ke atas meja bulat dengan hati-hati, mencium aromanya membuat ia ingin muntah.
Ketika Aeri ingin pergi, salah seorang dari mereka menahan lengan Aeri sehingga langkahnya terhenti. “Hei Nona cantik, bermainlah dengan kami sebentar.”
“Aku bukan wanita penghibur, Tuan. Aku bartender, tugasku ada di balik meja itu, bukan duduk di sampingmu dan menemanimu minum.”
Mendengar itu, mereka yang datang bertiga di meja 7 tertawa terbahak-bahak, bahkan beberapa meja lain yang ada di dekat sana menjadikan itu tontonan.
Aeri mengadukan giginya dalam diam, ia benar-benar tidak bisa tahan dengan situasi ini. Tapi, kelab ini memberikan gaji yang paling besar dibandingkan dengan kelab malam lainnya, dan juga jaraknya tidak terlalu jauh dengan apartemennya.
“Hei, mau bartender atau apapun itu, kau digaji di sini. Kau tidak lebih dari seorang pelayan bahkan kami dapat menyebutmu sebagai seorang budak.”
Aeri mengernyit, memandang ketiga lelaki yang sudah hilang akal sehat itu penuh kesal. Refleks, tangan Aeri menepis kasar salah seorang yang memegang lengan Aeri. “Aku bukan budak kalian! Dan jika kalian berpendidikan tinggi tolong pilah kata kalian untuk bicara, kalian tidak cukup bodoh untuk menggunakan kamus sebagai panduan kalian bicara bukan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
【END】Book 1: Hold Me Tight 「꽉 잡아 내 손으로」
FanfictionBeritahu aku, jika ini berat untukmu Beritahu aku, jika ada yang salah di antara kita Bukankah dalam sebuah hubungan adalah kepercayaan yang pertama? Bukankah kita yakin seperti itu yang benar? Lantas, mengapa kau nampak seperti dilema? Lantas, m...