#SPOILER 4
Aeri baru kembali ke rumah sekitar pukul 3.40 dini hari. Baekhyun yang baru terlelap di sofa, beranjak bangun begitu Aeri menyelimutinya. "Kau baru pulang?"
Aeri berjalan menuju nakas dan menaruh tasnya di sana, berserta arloji dan melepas jaketnya yang ia gantung pada salah satu gantungan baju di dekat pintu. "Aku selalu kembali jam segini,kan.."sahut Aeri lalu masuk ke dalam kamar mereka.
Baekhyun ikut masuk, sementara Aeri mengambil salah satu kaos yang masih menggantung lusuh di balik pintu. "Aeri, aku rasa sudah saatnya kau berhenti bekerja di kelab malam, itu sama sekali tidak membuatku merasa senang apalagi tenang."
Aeri menoleh pada Baekhyun yang terduduk di atas kasur mereka, ini pasti ada sebabnya dengan Baekhyun yang pulang duluan saat terakhir kali ke kelab. "Baek, kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Kau baik-baik saja dengan itu." Aeri berkacak pinggang, mencoba mencari perkataan yang akan ia katakan namun tidak akan memicu pertengkaran di antara mereka.
"Aku juga tidak bisa membiarkan istriku bekerja di dunia malam seperti itu, itu membuatku merasa bukan suami yang bertanggung jawab."
Aeri masuk ke dalam toilet yang memang ada di sebelah kamar mereka, diikuti lagi dengan Baek yang berdiri di ambang pintu. Wanita itu menguncir rambutnya dan mulai membasuh wajahnya yang masih terlapis oleh riasan tipis. "Baek, kebutuhan kita tertutupi dengan aku bekerja di sana. Aku tahu tempatku, dan demi apapun aku tidak melupakan bahwa aku sudah menikah."jawab Aeri panjang lalu melanjutkan sesi membersihkan wajahnya, hingga sekarang terlihat wajah bare face Aeri yang semakin membuat Baekhyun nyaman untuk melihatnya.
Wajahnya masih pantas untuk disebut anak SMA di umurnya yang ke 24.
"Aeri, aku bilang berhenti dari sana." Baekhyun memohon masih pada pendiriannya, keputusannya meminta Aeri untuk berhenti memang sudah bulat. Baekhyun mengambilkan Aeri handuk yang tak dapat digapai oleh tubuh pendeknya yang ada di atas lemari untuk mengeringkan wajahnya. "ah, kau takut kalau aku berpaling darimu dan pergi dengan orang-orang kaya dan berkuasa itu?Aku benar ya?" Aeri masih membasuh wajahnya, sementara Baekhyun memberikan sikat gigi dengan odol di atasnya. Untuk sesaat, Baekhyun membiarkan Aeri untuk menyikat giginya, sementara ia hanya memandangi Aeri saja.
"oh, ayolah Baek.. aku sayang padamu,tolong tetap percaya padaku."kekeh Aeri karena merasa grogi saat Baekhyun menatapnya begitu. Namun, tawa Aeri memudar begitu menyadari bahwa Baekhyun sedang tidak dalam candaan dengannya.
"Aeri, pria itu –yang sering bicara denganmu menganggapmu lebih dari teman."
Aeri belum menjawab, ia memilih untuk membasuh mulutnya dari sisa pasta gigi yang masih menempel di gigi dan langit-langit mulutnya. "Kau bicara apa Baek? Begini, aku tidak akan berhenti dari kelab sampai aku hamil nanti. Jika aku hamil, aku akan mengajukan surat pengunduran diri. Jadi, tolong biarkan aku bekerja di sana."
"Aku..' Baekhyun yang ingin bersuara dibungkam oleh Aeri dengan bibirnya.
"Aku mencintaimu, bisa kau percaya padaku kali ini?" Aeri menatap Baekhyun untuk meyakinkannya bahwa tidak ada hal yang harus ia khawatirkan. Baekhyun mengecup kening Aeri, "Aku mencemaskanmu.."
Langkah kecil Aeri mundur, sementara Baekhyun masih melingkari tangannya di pinggang Aeri, mereka melangkah seperti itu hingga tiba di pintu kamar. "Aku tahu, tapi finansial kita sedang tidak memungkinkan untukku berhenti, aku mohon mengertilah.."
Baekhyun menatap dalam Aeri, namun tidak menjawab. Justru setelah pintu kamar terbuka oleh salah satu tangan Aeri, Baekhyun kembali melumat bibir Aeri lembut. Kedua matanya terpejam, begitu juga dengan Aeri yang nampak menikmati permainan lidah itu.
Tak terasa langkah mereka sudah tiba di atas kasur, Baekhyun yang berada di atas Aeri mulai mengecup leher Aeri, lalu beralih ke pipinya dan bibirnya lagi. Baekhyun melepas ciumannya sebentar, tangannya menarik kaos yang Aeri kenakan ke atas dan kurang dari dua detik, Aeri hanya mengenakan pakaian dalam saja. Mereka kembali bercumbu mesra, dan tangan mereka saling mengisi di antara jemari-jemari yang kosong.
Baekhyun tidak peduli dengan siapa Aeri dekat, atau siapa yang menyukai Aeri. Karena, bagaimana pun juga Aeri adalah miliknya. Dan itu berlaku terikat penuh keabsahan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Termasuk pria kaya itu.
└Hold Me Tight┘
"Tadi aku sudah ke dokter dengan Seungwan, kita akan memiliki seorang putri. Putri yang amat cantik sepertiku."
"Baiklah. Aku setuju." Baekhyun tertawa diikuti dengan Aeri yang kemudian kembali meleburkan dirinya dalam dekapan Baekhyun. Baekhyun menggengam tangan Aeri erat.
"Dan juga, aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dari kelab malam. Aku hanya akan istirahat di rumah, kau senang?"
Baekhyun tersenyum puas, ini lebih dari membahagiakan. Jadi, bisa dibilang orang itu tidak akan mengganggu hidup Aeri lagi bukan? Karena Aeri sudah tidak ada alasannya lagi untuk datang ke kelab malam itu.
"Tidak apa, itu keputusan yang bagus." Baekhyun tersenyum seraya mengacak rambut Aeri pelan.
"Tapi Baek, aku rasa Dokter tadi mengatakan bahwa aku harus benar-benar istirahat di tempat tidur untuk trimester pertama kehamilanku, agar tidak keguguran. Apa tidak apa jika kau mengerjakan pekerjaan rumah juga?"tanya Aeri lalu melepaskan dekapan yang ia dapatkan dari Baekhyun. Dekapan yang membuatnya merasa nyaman, aman dan juga hangat.
"Aku akan meminta Ibu datang, untuk mengurusmu sementara aku bekerja." Aeri mengangguk setuju, dan Baekhyun kali ini memeluk istrinya begitu erat. [diketik, 16.06-2.06.2018]
kira-kira beginilah ekspresi Aeri yang Bahagia sekali 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
【END】Book 1: Hold Me Tight 「꽉 잡아 내 손으로」
FanfictionBeritahu aku, jika ini berat untukmu Beritahu aku, jika ada yang salah di antara kita Bukankah dalam sebuah hubungan adalah kepercayaan yang pertama? Bukankah kita yakin seperti itu yang benar? Lantas, mengapa kau nampak seperti dilema? Lantas, m...