*Happy ReadingBeberapa hari kemudian
Pagi ini tampak berbeda. Kabut tebal menyelimuti hampir seluruh permukaan bumi. Ya, hujan semalam memang sangat deras. Bahkan sudah seperti badai. Sepertinya ia juga merasakan kesedihan salah satu penghuninya. Gemuruh guntur pun saling bersinggungan memecahkan keheningan malam menjadi semakin mencekam. Kilat pun saling bersautan seakan sebuah kamera yang sedang asyik membidik para modelnya.Malam yang tak seindah biasanya. Malam yang sangat berbeda membuat hampir seluruh penghuninya ikut merasakan teriakan histeris dari salah satunya juga isakan tangis yang tersamar oleh derasnya guyuran hujan yang turun menampar genting2 rapuh yang sudah mulai bocor karna sudah usang.
Beby masih betah dengan diamnya. Sepertinya ia mulai lelah dengan hidupnya. Tapi tak mungkin ia mengakhirinya begitu saja tanpa persetujuan oleh sang pencipta. Maka ia berusaha tegar dan kuat menghadapi apapun yang nantinya akan terjadi di depan matanya.
Ia baru saja sampai di kampusnya, seperti biasa, para sahabat masih menunggunya di kendaraan mereka masing2. Karna akhir2 ini Beby selalu saja nyaris datang terlambat. Terlihat sekali jika ia masih menghindari para sahabatnya itu, terutama pacarnya, Paris. Bahkan Bella pun tak digubrisnya sama sekali.
Beby berubah drastis, menjadi semakin diam walau sikapnya selalu hangat. Tapi tidak untuk sekarang. Ia benar2 nyaman dalam kebungkamannya.
Paris POV
"My Beby, tunggu. Izinkan aku menjelaskan semuanya. Please.." aku buru2 mendekati kekasihnya itu dan memaksanya seperti kemarin2.Beby hanya diam, menatap datar wajahku. Oh, masih pantaskah ia menyebutku sebagai pacarnya? Ah hanya Beby yang tau. "I'm not your Beby anymore!" katanya tegas masih dengan nada datarnya sambil memberikan cincin yang dulu pernah aku kasih. Ia buru2 menuju lantai dua kelasnya.
"Yuk, guys," ajak Kiki pada semuanya.
"Guys, bantuin aku dong. Tolong bujukin my Beby. Please.." aku berdiri menutupi jalan para ladies dengan wajah memohon.
Kiki memutar bola matanya malas. Dila Dea masih saja dengan wajah datarnya. Dan Bella hanya menghela nafas kasar.
"Please.." pintaku sekali lagi dengan menangkupkan kedua tangan.
"We can't help you, Ris. Sorry," balas Dea datar.
"Just help me. Only you guys.. Please.." mohonku lagi.
"Cuma kamu yang bisa bantu diri kamu sendiri, Ris. Akui saja semuanya. Lalu masalah selesai," bujuk Dila tapi wajahnya masih datar menatapku.
Mereka kembali akan berjalan, tapi aku masih menahannya. "Aku gak mungkin akui hal yang tidak aku lakukan. Jadi tolong aku, please.." kali ini suaraku sedikit bergetar. Ya, karna aku memang sudah berbohong.
"Masih mau ngelak dengan cara apa lagi, Ris. Semua sudah jelas," timpal Dea lagi.
Bella masih diam, Kiki pun begitu walau terlihat ia sedikit mendengus kesal menatapku."Aku beneran gak ngelakuin itu," ucapku sekali lagi.
"Lalu ini apa?" Kiki menunjukkan handphone nya ke arahku. Sontak aku pun melongo seketika. Tak mampu lagi berkata2 setelah tertangkap basah untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Chooses You
Teen Fiction#11 - Yuri rank May '18 #44 - friend on early August' 18 Cerita kali ini akan disajikan sedikit berbeda.. Cerita kelima.. Semoga suka... Aku buat mature content ya, soalnya ada banyak kata2 sedikit kasar saat adegan action. Tapi tenang aja, adegan...