*Happy ReadingTok... Tok.. Tok...
"Iya sebentar.." suara dari dalam sedikit berteriak.
Clekk
Deg
"Papa? Mama?" sapa mereka bersamaan.
Mereka diam sejenak, saling menatap jauh menyelami hati masing2. Tampak sangat jelas jika mereka berdua saling merindukan, mata mereka berbinar, detak jantung mereka mendadak gusar, darah pun mengalir sangat deras seolah sebuah runtuhan longsor yang datang tiba2.
Tapi ada dinding beton super kuat yang membuat mereka tak bisa bersatu lagi untuk satu nama cinta meski masih ada cinta di dalam hati keduanya.Mereka masih diam selama beberapa menit, seakan kehabisan kata. Mulut mereka gagu, bahkan lidah pun kelu. Mereka membeku, sungguh indah cinta mereka. Berpisah demi kebaikan bersama, mengorbankan hancurnya hati masing2 demi kedua anak mereka. Mereka kalah, mereka tak mampu bertahan. Tapi mereka tetap satu. Cinta mereka tetap utuh meski dimakan waktu.
"Papa.. Mama.." mereka berpelukan.
Peluk haru penuh cinta. Mereka saling menyalurkan kerinduan selama bertahun2 ini.
Lepas sudah semua gundah gulana, resah dan gelisah, melebur bersama rintikan air mata yang membasahi pipi mereka berdua. Bahkan sang lelaki gagah pun tak mampu menahan lagi isak tangisnya.
Ya, mereka menangis. Saling menahan isak walau pundak tak bisa berbohong. Tubuh mereka bergetar hebat, masih saling mengeratkan rengkuhan. Lagi, mereka kalah akan satu kata singkat berwujud cinta.
"Maafkan papa. Maafkan mama.." hanya itu. Hanya itu yang mampu terucap dari mulut mereka.
Pelukan terurai. Masih saling menatap, saling menyeka butiran bening yang membasahi kedua mata.
Sang lelaki mengecup bibir wanitanya sangat singkat tapi penuh penghayatan.
"Maaf, tapi saya harus menemui anak mu satu itu. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan terhadap adiknya sendiri," kata pak Robby tegas menatap teduh wanita dihadapannya yang masih berstatus istrinya itu.
"Kenapa lagi, Pa? Apa masih kurang hukumannya dengan berjauhan darimu? Sosok papa yang sangat dia butuhkan. Pa..?" bujuk bu Sarah pada suaminya itu.
"Tapi ini sudah keterlaluan, Ma. Tindakannya kali ini bukan hanya buat papa malu tapi juga Bella. Anak itu sama sekali tidak bersalah.." lirih pak Robby menunduk.
Nafasnya tersengal, kembali ia menarik nafas panjang untuk meredakan emosinya.
"Mana anak itu, Ma? Dia harus jadi lelaki jantan yang siap bertanggung jawab atas perbuatannya. Sudah cukup selama ini mama melindunginya." ia beranjak hendak ke kamar anaknya itu."Pa, mama mohon, jangan pisahkan mama dengannya, Pa.." bu Sarah merengek seraya berlutut dihadapan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Chooses You
Fiksi Remaja#11 - Yuri rank May '18 #44 - friend on early August' 18 Cerita kali ini akan disajikan sedikit berbeda.. Cerita kelima.. Semoga suka... Aku buat mature content ya, soalnya ada banyak kata2 sedikit kasar saat adegan action. Tapi tenang aja, adegan...