Part 3

6.5K 224 4
                                    

          Mataku terbuka kurasakan sesuatu yang dingin di atas dahiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Mataku terbuka kurasakan sesuatu yang dingin di atas dahiku. Ruangan  dominan warna abu dengan nuansa klasik dimana aku berbaring di tempat tidur ukuran king size lengkap dengan selimut tebal yang halus. Ya Tuhan di mana aku sekarang?

          Aku mengedarkan pandangan mencari-cari sesuatu yang bisa kukenali hingga aku melihat sosoknya sedang menghisap sebatang rokok. Asap yang dihembuskannya berkumpul  mengepul di udara seakan berkumpul menemaninya. Di sana duduklah Ry bersandar di samping tempat tidur. Otakku berusaha mencerna berarti saat ini aku sedang di kamar lelaki itu.

          Seolah kejadian hari ini berputar kembali dalam pikiranku. "Ahh..." aku memijit pelipisku yang terasa sakit suaraku berhasil membuatnya menoleh.

          "Sudah sadar rupanya. Kau ini merepotkan sekali."

          Setelah mematikan puntung rokoknya Ry duduk di samping tempat tidur. Tangannya memegang dahiku mungkin untuk memeriksa apakah demamku sudah turun. Terima kasih kuucapkan pada Ry entah apa yang membuatnya baik hati mau merawatku.

          "Demamnya sudah turun. Sekarang mari kita isi perutmu dulu. Kapan terakhir kali kamu makan?"

          "Kemarin malam. Memangnya kenapa?"

          "Perutmu terus berbunyi sedari tadi." Baru selesai Ry berucap perutku langsung mengeluarkan bunyi. Ahh aku malu bukan main. Kupegangi perutku erat-erat, rasanya perih mungkin maagku kambuh lagi.

          "Haha tuh kan aku gak bohong."

          "Jangan tertawa kau monster ini semua salahmu. Siapa suruh pagi-pagi telfon orang minta datang ke kantor dengan ancaman. Mana sempat aku makan pagi?"

          "Banyak sela untuk makan siang jangan beralasan."

          "Bukankah katamu untuk jangan kemana-mana dan menunggumu tapi nyatanya kau malah lupa."

           "Maaf –" Ry menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

          "Ck yasudah aku mau pulang." Ry langsung menahan tanganku.

          "Jangan pulang dulu minum obat lalu makanlah. Ini perintah bos."

          Sikapnya berubah sedikit melunak padaku biasanya Ry lebih senang memakiku daripada bertingkah sok perhatian seperti kali ini lebih baik ia bersikap kasar seperti biasanya. Kebaikannya membuatku merinding.

          Aku meminum obat maag yang diberikannya padaku.

          "Ayo buka mulutmu."

          "Aku bisa makan sendiri." Jawabku kemudian mengambil mangkok yang ada di tangannya. Tapi tanganku ditepisnya pelan.

          Kulihat sendok yang disodorkannya padaku dengan enggan. Suasana canggung ini membuatku malu.

          "Biar aku yang menyuapimu. Lihatlah tanganmu saja gemetaran apa kau kuat mengangkat mangkok ini."

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang