Part 27

2K 88 2
                                    

Malam menjelang ketika kami sedang lelap tertidur tiba-tiba suara gebrakan pintu membuat kami terbangun.

"Kau dengar suara?" kataku bertanya pada Ry yang ada di sebelahku.

"Ya, aku dengar."

Aku merasa cemas bisa saja ada maling di dalam. Ya siapa tahu kan ya namanya juga panik.

"Coba kamu keluar cek dulu ada apa." Perintahku pada Ry.

"Memangnya kamu ini siapa berani suruh-suruh saya?"

"Jangan bercanda. Buruan sana." Bisikku dengan volume suara sekecil mungkin agar tidak terdengar.

Belum juga Ry beranjak dari posisinya bel rumah berbunyi dan terdengar sampai ke kamar ini. Aku mengambil nafas lega.

"Huff ternyata bukan mana ada maling permisi dulu bunyiin bel rumah." Aku mengelus dada.

"Ah iya jadi kamu lega? Mau dibantu?"

"Bantu apa?" tanyaku heran.

"Mengelus dada."

Mendengar jawabannya aku langsung melempar bantal ke arahnya dan memukulnya berulang kali. Bisa-bisanya ia bercanda di waktu tegang begini. Kepalaku sedikit pening karena terbangun tiba-tiba. Ditambah bel rumah yang tak berhenti berbunyi membuat kepalaku seakan meledak beserta seisinya.

"Cek ke bawah gih buruan. Pusing belnya bunyi mulu."

"Oke. Aku cek dulu kamu tunggu di sini dulu."

"Lagian jam segini siapa yang bertamu? Penting banget."

"Aku turun dulu."

Ry menyingkirkan bantal di sisinya lalu melangkah turun ke tangga. Kita berada di kamar lantai dua, kamar yang pernah kupakai dulu. Seingatku kemarin malam aku dan Ry tidur di sofa yang ada di depan tv. Tapi entah mengapa sekarang kami berada di kamar, mungkin Ry yang memindahkanku kemari.

Selagi Ry turun aku berpikir siapa orang yang bertamu di jam-jam seperti ini. Kulihat jam digital yang ada menempel di dinding berada di atas meja. Sudah pukul satu yang benar saja.

Aku mengkhawatirkan Ry yang tak kunjung kembali. Ada apa di bawah sana ya? Jangan-jangan masalah penting atau ada penjahat yang sedang mengincar Ry.

Dari cerita yang sering kubaca biasanya pengusaha kaya memiliki pesaing bisnis. Mereka ingin menjatuhkan dengan cara apapun. Bahkan tega melakukan pembunuhan berencana sekalipun. Apa Ry memiliki saingan juga?

Oh tidak berarti ia sedang dalam bahaya. Aku harus menyelamatkannya. Tapi apa yang bisa kulakukan?

"Di sini tak adakah sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata?" aku bertanya pada diriku sendiri.

Mataku mulai mencari-cari sesuatu di ruangan ini. Ahh ayo cepat berpikir nyawa Ry sedang terancam di bawah sana.

Sembari berputar dan mencari barang akhirnya aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa berguna. Tanganku meraih raket nyamuk di bawah meja lalu aku berjalan berjinjit tanpa bersuara. Jantungku sudah berpacu seperti sedang lari maraton. Jujur aku cemas dengan kondisi Ry di bawah.

Bagaimana jika ia sudah tewas di bawah sana. Apa yang aku kulakukan? Mataku terasa sangat berat.

"Ah tidak-tidak jangan negative thinking dulu. Tapi aaa a-aku takut bila..." suaraku bergetar kini air mata mulai turun membasahi pipiku. Sialan Ry kenapa aku harus mengkhawatirkanmu.

Aku berusaha tetap tenang dan mengusap air mataku. Jangan terlihat cemas, jika tidak terjadi apapun dan Ry melihatku mencemaskan dirinya hingga menangis ia pasti akan menertawakanku. Aku sangat hafal bagaimana sifatnya.

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang