Part 16

2.3K 103 6
                                    

Hallo... maaf ya kalau harus bolak-balik pov nya Renata-Ryshaka.

Tapi gak bingung kan?

Karena ada beberapa bagian yg lbh masuk jika diceritakan dr sudut pandang lain.

Happy reading guys...
Selamat menikmati~


Sama kecewanya dengan kalian karena bukan Renata yang nampak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama kecewanya dengan kalian karena bukan Renata yang nampak. Karena kudapati Nikita yang menyentuh pundakku maka aku segera menepis tangannya. Mataku bergeser ke sebelah kanannya di sana Renata berdiri di samping kursinya menatap kami lalu menunduk. Bisa kau jelaskan maksud tatapanmu?

"Ada apa? Tolong bicara satu per satu masuk ke ruangan saya. Kakiku bisa kram bila kalian mengajakku berbicara sambil berdiri di sini."

"Nikita tolong kamu masuk duluan. Saya tunggu di dalam." Tambahku kemudian menghilang dari hadapan mereka.

Aku melihat sekilas bagaimana tatapan Nikita seolah mengejek Renata karena merasa ia menang. Maafkan aku Renata bukan seperti itu maksudku tapi karena kau terus mengacuhkanku ya apa boleh buat tak apalah sedikit balas dendam. Oh lihatlah wajah sendunya itu.

Tok... tok... tokk...

"Ya masuk saja." Jawabku dari dalam ruangan.  

Sosok Nikita memasuki ruanganku. Jujur aku agak risi berdekatan dengannya. Memang aku ini lelaki dan siapa yang tak suka melihat wanita seksi sepertinya. Maksudku dengan dada yang besar dan bibir yang menggoda. Berbeda dengan Renata, Nikita memiliki tatapan mata yang nakal. Bukannya aku mau membanding-bandingkan kalau kalian tanya padaku ya tetap aku akan memilih Renata. Jangan protes!

Lihat itu bagaima ia mengenakan pakaian ke kantor, sangat menggoda.
Jika kalian seorang lelaki pasti kalian tahu bagaimana susahnya menahan ngilu di bawah.

"Saya membawa beberapa laporan yang perlu Bapak tanda tangani."

Nikita menyodorkan beberapa map ke mejaku dengan mencondongkan badannya ke depan berniat menggodaku. Ia pasti sengaja tak duduk di kursi saja agar buah dadanya terlihat.

"Kau butuh sekarang atau bisa tinggalkan saja di sini jika memang sangat banyak berkas?" tanyaku.

"Karena sangat mendesak apakah Bapak bisa menandatanginya sekarang. Hari ini saya harus mengirimkannya beberapa perusahaan." Jawabnya kemudian menegakkan badannya kembali. Aku menarik nafas lega huh syukurlah. Mataku ternodai oleh pemandangan tadi.

Wanita itu berjalan ke arah samping tempat dudukku. Lalu membungkuk kembali sembari memberi instruksi di mana aku harus mencoretkan tanda tanganku.

"Di sini Pak."

Dadanya sejajar dengan mataku. Dan batangku mulai berkedut saat ini. Sialan! Ia benar-benar menggodaku.

"Baiklah lalu di mana lagi aku harus tanda tangan?"

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang