Part 12

4.1K 145 3
                                    

Dan aku memasuki gedung ini lagi entah yang ke berapa kalinya aku menapaki setiap jengkal dasar lantai dengan ubin-ubin mengkilap dan tumbuhan dalam pot yang berdiri tegak dan kokoh. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan keberadaanku. Loker-loker alumunium dan mesin canggih berjejer di kanan dan kiri setiap ruangan. Bau pengharum ruangan yang khas langsung menyambut begitu kutapakkan kaki ke dalam. Membawaku memasuki dunia lain dan berfantasi, anganku melayang. Di sana kutemukan dirinya sendiri dengan tatapan tegas ke arah luar jendela. Saat aku hendak mendekatinya seorang wanita lebih dulu menyapanya dari arah berlawanan. Ia menepuk pundak bidangnya kemudian mereka berjalan bercengkerama akrab sesekali tertawa. Lalu bayangan keduanya pun lenyap begitu saja.

Hari mulai siang jam kerjapun tiba aktivitas manusia di gedung ini mulai padat. Mereka berlalu lalang sebagian menenteng berkas di tangannya. Beberapa berbincang dan tertawa sambil terus berjalan. Aku terus melangkah ke arah tujuanku. Sekelebat aku melihat Nikita berjalan bersama Indra terlihat sangat akrab. Entah ini ilusi atau bukan terserahlah.

Hatiku berdebar saat langkahku semakin dekat dengan ruangan Ry. Aku sendiri juga tak paham mengapa tiba-tiba begini. Seperti perasaan antusias, semangat, bahagia, tapi di sisi lain juga merasa cemas, takut, grogi bercampur aduk. Memberanikan diri membuka pintu dan melangkah dengan mantap kutatap wajah tenang yanga da di balik daun pintu. Duduk santai sambil bersandar pada kursinya, kedua tangannya berada di belakang tengkuk, lengkap dengan sebelah kaki diangkat ke atas. Sangat bossy.

Bibirku ingin tersenyum namun hatiku seperti tersayat, perih. Aku ragu dengan perasaan ini jangan-jangan aku yang terlalu percaya diri dan terbawa perasaan saja padahal Ry hanya bersikap biasa saja, pikirku.

"Masuk." Kata Ry dengan menyunggingkan senyumnya.

"Iyaa." Jawabku lemah kemudian menunduk sembari meletakkan tas ke meja.

Kau datang dengan angkuh, aku berfikir jika kau terlalu egois dengan sikapmu. Awalnya bersikap semaumu sendiri, cuek, bahkan aku sendiri tak tahu apa kau menganggapku ada dan satu hal yang kutahu pasti jika aku selalu salah di matamu. Tahukah kamu bahwa aku juga memiliki rasa?

Waktu berlalu aku yang tak pernah berencana untuk menyukaimu kini tak bisa kupungkiri rasa itu ada walau tak pasti berapa dalam.

"Dari mana?"

"Ya dari rumahlah udah jelas masih nanya juga. Masa iya pulang maen."

Jawabku sewot tak menatapnya, karena saat aku menatapnya rasa sakit itu muncul lagi dari dadaku. Aku hanya takut tak dapat menahan di depannya.

"Tak kira dolan."

"Bukan anak dolan ya."

"Tapi maen ke tetangga." Ledeknya yang menurutku sama sekali tak lucu.

Kulihat  tumpukan buku yang masih terbuka di atas mejanya. Beberapa bersampul putih tebal dan tinta hitam sudah menghiasi setiap lembarannya.

"Baca apa tuh? Untung ga kebalik lagi bukunya."

"Lagi baca buku."

"Ya tau maksudnya isinya apa?" bikin emosi aja ini orang.

"Ya materi haha."

"Ya tau Pak maksud saya tentang apa?"

"Sakit hati." Jawabnya singkat lalu menutup buku dengan menyelipkan pembatas bergambar salah satu musisi pada halaman yang terbuka.

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang