Hallo, kalau gak suka sama model Renata dan Ry di sini kalian bisa bayangin sesuai imajinasi kalian sendiri ya wkwk.
Moodku sedang tidak baik hari ini. Ditambah sikap Ry membuat emosiku berada di puncak langsung meluap. Maka kuputuskan untuk langsung pulang saja.
Sedikit kusesalkan setelah aku keluar dari pintu rumah. Aku terus berjalan dengan menahan tangis.
Jangan keluar, please.
Jalanan sore itu sudah semakin ramai. Banyak anak kecil berbondong-bondong berjalan dan sebagian menaiki sepeda. Dengan rasa kesal aku lewat begitu saja diantara mereka.
Belum lagi di sebelah kanan ada lapangan basket besar. Banyak orang sedang bermain di sana. Aku tak mau menjadi pusat perhatian karena menangis. Sialnya aku tak membawa masker untuk menutupi mukaku.
Sedihnya hanya berjalan sendiri. Kupikir Ry akan menahanku. Tapi ternyata tidak.
Kupikir Ry akan menyusulku. Tapi ternyata tidak.
Kurasa memang ia tak benar-benar menyukaiku. Ah jadi hanya aku yang terlalu berharap dengan Ry. Cih! Mengenaskan sekali kau ini Renata.
Di waktu seperti ini aku masih saja mengharap ada pesan dari Ry. Pantaskah?
"Salahku." Ujarku di tengah perjalanan. Sebenarnya aku bisa mengorder ojek online atau apalah untuk menjemputku. Tapi dengan perasaan tak karuan seperti ini berjalan membuatku sedikit tenang.
Akhirnya aku berhasil menahan tangis. Angin menerpa rambutku. Kuselipkan beberapa rambut di samping telinga. Kakiku sudah mulai pegal untuk berjalan. Semangat! Tinggal sedikit lagi.
"Satu. Ry hanya cuek begitu saja mendengar ceritaku. Memang tidak penting juga untuk dia tapi ia bisa memberi respon atau tanggapan bukan? Orang tertarik bukannya selalu antusias. Ry tidak, kuingat ia tak pernah bertanya apapun tentangku. Hanya aku yang semangat ingin tahu lebih tentangnya." Aku berbicara dengan diri sendiri sambil menggerakkan tanganku.
"Dua. Apa ia malu jalan keluar bersamaku? Kita hanya menghabiskan waktu di rumah. Ya walaupun pernah sesekali makan di luar. Terkadang aku iri dengan cerita Anne saat ia dan gebetannya sering keluar ke sana kemari."
"Tiga. Ia hanya asik dengan handphone ku padahal aku ada di sebelahnya tapi diacuhkan begitu saja."
"Empat. Jadi serba salah dengan Ry. Diem salah disuruh ngomong sudah ngomong masih salah juga. Ditanggepinya juga pendek-pendek, galak banget sih pake marah segala."
"Lima. Ia tak menahanku padahal biasanya ia selalu menahanku dan menyelesaikan masalah saat itu juga di tempat. Dan lagi tak ada pesan darinya."
"Fix aku tak bisa mempertahankan hubungan kami yang tidak jelas ini. Toh aku cuma dianggap sebagai teman bukan. Haha teman tapi mesra katanya, hanya sebatas itu. Jadi aku harus tahu batasanku. Kapan harus berhenti. Miris sekali." Aku hampir saja menganis lagi. Karena sudah dekat dengan rumah kubiarkan saja air mataku mengalir.
Sampai di rumah aku langsung mengurung diri di kamar. Kurebahkan badan dan menutup muka dengan bantal. Ahh aku malah tak bisa bernafas.
Handphoneku di mana? Aku mencari di saku celana tak ada. Mungkin di tas, kubuka resleting satu per satu. Celaka jika tertinggal di rumah Ry. Oh tidak untung kutemukan di salah satu saku di tas.
Aku menangis semua tumpah begitu saja. Kubuka handphone barangkali ia menyesal dan mengirim pesan maaf atau hanya sekedar bertanya apa aku sudah sampai di rumah.
Meski sudah begitu tersakiti tapi tetap saja aku masih berharap padanya. Dasar! Pakai dukun apa sih Ryshaka itu.
Dari: Anne
Non jangan lupa besuk dead line makalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Heart is Frozen Over
RomanceMemiliki bos baru yang mengesalkan? Andrea, seorang gadis yang bekerja di sela libur semester kuliah dipertemukan dengan CEO baru yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Sesuai perjanjian pekerjaan ini akan selesai dalam dua bulan lagi...