Part 9

5.2K 221 6
                                    

"Jadi untuk liburan bersama kantor kita apakah ada masalah? Aku ingin acara tersebut diadakan di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi untuk liburan bersama kantor kita apakah ada masalah? Aku ingin acara tersebut diadakan di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu saja. Bagaimana menurut Bapak?" kataku kemudian menghisap sebatang rokok yang masih utuh lalu kuhembuskan begitu saja. Kami berbincang di rooftop agar lebih santai dan yaa karena ada Renata di ruanganku.

"Sejauh ini belum ada masalah serius. Masalah transportasi kita bisa menyewa bus atau menggunakan mobil pribadi. Dan untuk hari pemberangkatan sepertinya saran Anda bisa diterima."

Kusodorkan sebungkus rokok pada pak Bima namun ia menolak. Aku lupa bila pak Bima memang tidak merokok. Akhir-akhir ini aku sedikit mengurangi rokok karena Renata selalu memarahiku bila aku terus merokok.

"Yang pasti aku lebih memilih membawa mobil sendiri urusan karyawan lain terserah Bapak saja. Dan bagaimanapun caranya Bapak harus bantu agar Renata ikut semobil denganku."

Pak Bima mengubah posisi berdirinya kini ia sudah bersandar pada pembatas.

"Saya tidak bisa menjanjikannya tapi akan saya usahakan."

"Emm... juga untuk satu orang ini tolong awasi dia aku sedikit mencurigainya."

Aku membisikkan satu nama pada pak Bima setelah mataku berputar dan memastikan tak ada seorangpun di sini.

"Sebenarnya saya juga mencurigai gera-gerik orang itu hanya saja kini sedang saya awasi dari jauh. Semoga ia tak menyadarinya. Anda tenang saja saya sudah memiliki mata-mata untuk tetap berjaga juga beberapa rencana bila ia nekat untuk melangkah terlalu jauh."

"Aku percaya sepenuhnya pada Bapak."

Siang ini begitu panas, terik matahari begitu menyengat kulit. Pak Bima mengajakku untuk masuk ke dalam ruangan dan kembali bekerja. Ia berpesan agar aku lebih waspada.

Ia terlalu mengkhawatirkanku padahal aku cukup kuat untuk berdiri sendiri dan menjaga diriku. Kupikir ia memang karyawan terbaik yang mengabdi pada perusahaan sepenuhnya secara loyal.

"Jangan sungkan untuk menghubungi saya bila ada kesulitan."

"Baiklah."

Kami berpisah dalam lift karena ia harus turun ke lobby mengurus beberapa hal sedangkan aku kembali ke ruanganku. Hal pertama yang kulihat saat aku membuka pintu ruangan adalah Renata yang sedang sibuk dengan berkas-berkas.

Duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya. Kaki jenjangnya saling bertumpu terbalut indah dengan rok span pendek. Atasan berbahan sifon yang tipis sedikit memperlihatkan dalaman yang ia kenakan, biar kutebak ia memakai warna peach haha. Sengajakah ia menutup semua kancingnya? Bukankah dengan begitu aku yang melihatnya saja malah ingin membayangkan. Ah Renata dasar bodoh.

Aku berjalan mendekatinya rupanya ia tak menyadari kehadiranku karena terlalu serius pada berkas di tangannya. Sayangku sedang sakitkah ia? Bibirnya terlihat sangat pucat tak seperti biasanya. Kamu terlalu keras bekerja sayang istirahatlah. Aku mengambil tempat di dekatnya kemudian duduk.

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang