Part 29

2.4K 111 7
                                    

Peringatan!!! ⚠⚠⚠

Part ini berisi adegan dewasa, mohon untuk pembaca yang belum cukup umur bisa skip saja. Bijaklah dalam membaca.

Tapi ya terserah asal dosa ditanggung sendiri.
🔞🔞🔞

Happy reading guys 😘😘😘

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Aku melirik jam dinding. Ah rupanya masih ada sedikit sisa waktu. "Dengan cepat bukan. Baiklah."

Seperti ada setan yang merasuki tubuhku. Dengan berani aku duduk berhadapan di pangkuan Ry. Menghempaskan tubuhnya ke sofa. Dengan berdebar aku mencumbunya penuh nafsu.

Ini bukan diriku yang biasanya. Tidak, sejak kapan Renata berubah menjadi mesum seperti ini. Sudahlah, aku tak peduli jika harus melepas keperawanan sekarang juga.

Jangan, sisi lain diriku menolak. Aku dilanda kebingungan.

"Ahhh..." bibirku melepas desahan yang tak dapat kutahan.

Pantatku bergerak maju mundur menggesek benda keras yang ada di bawahku, membuatnya semakin berdiri menegang.

Ryshaka mencium dan menggit kecil setiap inci leherku. Satu tangannya sudah menyusup masuk melalui kaos bermain dadaku. Ia meremasnya dan memainkan puncak payudaraku. Sebelah tangannya yang bebas membuka kancing celana jeans pendekku, menggeseknya dari luar celana dalam. Lalu ia memasukkan satu atau dua jarinya ke pusat kewanitaanku. Titik paling sensitifku.

Memberikan sensasi sakit dan nikmat yang dapat kujelaskan.

"Sshhh ahhh." Aku mendesah lagi. Desahanku semakin membuat Ry menjadi semangat untuk terus "bermain".

Ry tersenyum yang tak dapat kuartikan.

"Kau mau lihat punyaku?" tanya Ry.

Tangannya merengkuh pinggangku dan memeluknya erat.

"Bolehkah?"

"Tentu." Ia tersenyum.

"Aku malu." Aku menenggelamkan kepalaku di pundaknya.

"Kenapa harus malu? Coba lihat kemari."

Aku hanya patuh dengan perkataannya. Menegakkan punggungku dan kini aku sudah menatapnya.

Tak tahu kenapa tiba-tiba aku menjadi takut. Jantungku berdebar dua kali lipat dari biasanya. Bahkan lebih cepat dari biasanya saat kami sedang bercumbu.

Ry membuka celananya. Aku melihat juniornya sudah berdiri tegak di bawah sana. Keras dan besar.

"Besar sekali?" tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulutku.

Setelah menyadinya aku langsung memalingkan pandangan ke samping. Aku malu.

"Rupanya kau tahu ukuran juga haha." Kali ini ia menertawakanku.

"Tidakk." Jawabku cepat.

"Lalu bagaimana kau tahu? Bisa kau "jelaskan"? alis Ry terangkat sebelah. Tersenyum menggodaku.

"Kau tega membiarkan "ia" berdiri kedinginan di bawah sana? Bolehkah aku meminta tolong sesuatu padamu?"

"Maksudmu? Minta tolong apa?"

"Kemarikan tanganmu."

"Tidak mau." Aku menyembunyikan kedua tanganku di belakang punggung.

Dengan tenangnya Ry memegang satu tanganku dan menempelkannya pada sesuatu yang masih menegang di bawah sana.

Your Heart is Frozen OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang