#9 : Stigma

126 16 8
                                    

Apa yang harus aku lakukan? Aku sama sekali tidak tahu. Sementara Jong In dan Jungha sedang menikmati wahana di taman bermain ini, aku terus berpikir tentang langkah apa yang akan aku ambil untuk mencopet.

Sudah setahun berlalu sejak aku meninggalkan tempat dan kebiasaan nistaku itu, lalu apa yang bisa aku ingat dari semua kejadian tidak menyenangkan itu? Apakah aku harus kembali ke masa itu? Mengingat bagaimana cara mencopet untuk melanjutkan hidupku, namun yang aku lakukan kali ini bukan untuk bertahan hidup, tapi untuk memenuhi hasrat keji kedua manusia yang aku sebutkan tadi.

JongIn dan Jungha sudah selesai dengan roller coasternya, mereka menghampiriku yang duduk di bangku tak jauh dari sana.

"Bagaimana, Tae-ah? Aku sudah memberikan waktu bagimu untuk mengingat trik yang paling kau suka saat melaksanakan pekerjaanmu dulu." Jungha menampilkan smirk menjijikkannya. Entah kenapa dia sering melakukannya di hadapanku dan membuatku sangat mual.

"Belum, aku tidak dapat mengingatnya. Dan yang paling jelas adalah, aku tidak menyukai dan tidak akan melakukannya!"

"Oh, jadi kau tetap ingin menjaga imagemu yang sudah kelihatan busuk itu, ya? Padahal jatuh bangunnya hidupmu sudah ada di ponsel ini, tapi kau masih saja begitu hah? Setidaknya mencopet sekali dan hilang dari pandangan orang-orang lebih baik dari pada saat semua orang menjauhimu karena tahu akan kebusukanmu."

"Tapi, setidaknya dengan begitu semua perasaaan yang membebani ku selama ini bisa terlepas. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama sehingga menambah beban di hatiku."

"Oh, berani juga kau." Kata Jong In datar.

"Tapi, sebenarnya aku tahu alasan di saat pertama kali kau menerima tawaran dariku untuk selama tiga hari menjadi pembantuku. Tapi, aku akan mengajukan penawaran. Cukup hari ini kau menjadi pembantuku, dan hanya satu hal yang harus kau lakukan. Mencopet." Kata Jungha penuh tekanan.

"Sudah berapa kali aku bilang aku tidak mau! Aku akan melakukan hal wajar lainnya untukmu selama tiga hari, asal itu bukan hal yang akan menyakiti orang lain!"

"Oh, bagi anak yang baru saja naik kelas dua sekolah dasar, ini hal yang mengejutkan ya Jongin-ah." Jungha tertawa serak sembari menyenggol bahu Jong in.

"Dia hanya ingin di zona aman dan zona nyamannya." Jong In menimpali sangat datar seperti sebelumnya.

"Di sisi lain, kau menerima tawaranku di awal adalah karna takut harga diri keluarga KIM yang merawatmu itu akan kena imbasnya, kan? Aku tahu kau tidak akan memikirkan dirimu sendiri, setelah beberapa kali aku mengamati kehidupan sekolah dan kerjamu yang membosankan itu." Jungha kembali berkata kepadaku, kini dia tahu apa yang menjadi dasar aku menerima permintaan bodohnya tersebut.

"Baguslah jika kau mengerti." Aku menimpali dengan lugas. "Maaf saja bila aku menolak keinginan binatang kalian, tapi kalian akan tahu jika kalian diminta untuk menjilat sepatuku yang dulu sering sekali kalian jilati dan memohon bak binatang kelaparan. Apa kalian harus pernah diperlakukan seperti itu agar kalian mengerti betapa menyakitkan untuk melakukan kesalahan yang tak pernah kita harapkan?"

"Ck!" Gertak gigi JongIn terdengar. Tapi ternyata Jungha juga melakukan hal yang sama.

"Baiklah, KIM-TAE-HYUNG!" Jungha mengeja namaku dengan amat baik. "Video yang memalukan ini ada di tanganku, bila kau ingin menjaga harga diri dari keluarga KIM, maka lakukan apa yang aku minta. Atau aku akan mengirim ini ke social mediaku sekarang juga dengan caption yang akan menjatuhkan segala hal yang kau punya!"

Jungha menggertakku. Segala yang aku punya? Aku punya apa memangnya? Hanya keluarga KIM yang aku punya dan apakah aku akan menjatuhkan harga diri mereka yang bahkan tidak mengetahui apapun menerima akibatnya?

Where's My WINGS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang