#31 : MAMA

88 12 4
                                    

Wanita paruh baya ini masih saja memelukku sambil menangis yang terduduk di kursi ruang tamu rumahnya. Rumah yang sederhana baik perabotan dan tampilannya.

Tak lama seorang lelaki paruh baya dengan rambutnya yang mulai memutih meletakkan satu nampan berisi minuman dan beberapa makanan ringan. "Silakan dinikmati, Taehyung-ssi."

Aku tak menjawabnya, sangat enggan untukku menyahut barang satu kata dari apa yang lelaki itu katakan. Mengapa dia bertingkah seolah dia memang orang baik?

Lelaki itu kemudian meminta wanita paruh baya yang masih memelukku untuk duduk. Beliau menurut dan duduk di sisi ku. Wajahnya memerah, air matanya terus mengucur tanpa ada keinginan untuk berhenti. Matanya bergetar, hidungnya kembang-kempis, dan dadanya bergerak naik turun menghirup udara di sekitar dengan begitu rakusnya.

"Maafkan eomma, Taehyung! Eomma sadar kalau eomma salah!" Beliau masih menangis, wanita yang mengaku sebagai ibuku.

Aku tidak bisa menyangkal saat mengetahui ibu kandungku dalam keadaan sehat sekarang setelah hampir 12 tahun yang lalu tak berjumpa. Tapi rasa sakit hati dan kecewaku lebih besar dari rasa syukur itu. Aku tidak bisa tersenyum sekarang, aku tidak bisa menyambut kedatangan ibu dalam hidupku dengan sumringah yang menyenangkan.

"Ini menyakitkan. Aku pikir aku tidak akan melihat eomma lagi sejak saat itu." Kata-kataku keluar setelah duduk di ruangan ini lebih dari 30 menit. "Eomma meninggalkanku, lalu kenapa eomma mengaku dan meminta maaf padaku sekarang? Bukankah itu percuma? Bukankah lebih baik untuk tetap diam dan hidup tanpa beban berarti sepertiku?"

Aku tidak ingin. Apa yang aku lakukan? Kenapa aku mengatakan hal sekasar itu pada wanita hebat yang telah membuatku ada di dunia ini? kenapa?

"Eomma minta maaf, Taehyung. Salah eomma tidak mencarimu hampir 3 tahun lamanya. Saat itu eomma kembali ke tempat bermain dan tak menemukanmu di manapun. Eomma sangat terpuruk sejak saat itu. Maafkan eomma..." Beliau tak berhenti menangis, membuatku semakin merasa bersalah. Ini merepotkan.

"Eomma tidak perlu minta maaf, lagi pula aku hidup dengan baik sekarang. Tapi ada satu hal yang perlu eomma tahu." Beliau menoleh padaku dengan menahan isaknya sekuat Tenaga. "Aku menjadi pencopet selama di taman bermain dan aku di selamatkan oleh seorang ibu yang amat baik 3 tahun setelahnya. Beliau membiayai sekolah dan makanku serta memberikanku pekerjaan."

Kualihkan pandangan mataku. "Aku penasaran untuk siapa eomma hidup. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu dari dulu. Menyakitkan. Terlalu menyakitkan hingga kusingkirkan pertanyaan mengerikan itu ke dasar hatiku yang tak pernah tersentuh sebelum akhirnya aku bertemu dengan eomma lagi."

"Eomma akan ceritakan," ujarnya cepat, tepat setelah aku selesai bicara. "Eomma sangat mencintaimu lebih dari apapun. Eomma tahu itu sangat sulit untuk dipercaya, tapi eomma ingin kau mempercayainya." Ia tahan lagi isaknya lebih lama. "Taehyung, sinar matahari eomma... Terlahir sebagai anak haram dan lelaki yang tak bertanggung jawab karena kelalaian dan keteledoran eomma. Maafkan eomma hingga Taehyung harus hidup tidak bahagia di masa kecil. Maafkan eomma!" Beliau kembali meminta.

Dadaku terasa sesak. 'Anak haram' katanya? Aku lahir dari rahim seorang wanita tanpa ada pria yang ingin mengakuiku sebagai anaknya? Sialan, aku jadi teringat sesuatu.

"Hah..." Aku menghembuskan napas dan sedikit tertawa. "Jadi itu alasan ibu saat aku di bawa ke taman kanak-kanak dan ibu menyebutku sebagai keponakanku? Itu karena ibu tidak ingin dikatakan sebagai wanita murahan!? Wanita yang menjual tubuhnya, begitu!? Ibu hanya mementingkan perasaan ibu tanpa tahu apa yang aku rasakan!"

"Cukup! Jangan katakan hal kasar seperti itu, taehyung! Dia adalah ibumu, hormatilah dia!" Lelaki paruh baya yang memeluk tubuh istrinya itu berkata dengan sangat enteng.

Where's My WINGS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang