Sekolah... Sekolah... Ayo sekolah...
Sebenarnya aku sedang tidak ingin masuk sekolah, tapi aku juga tidak ingin tidak masuk sekolah.
Yang penting sekolah... Sekolah... Jangan kecewakan Bu Raeha dan Pak Daehan. Aku tidak ingin membuat mereka kecewa lagi.
Tapi...
Saat tiba di sekolah tatapan orang orang padaku menjadi tak karuan. Aku tidak bisa menafsirkan apa yang mereka pikirkan tentangku. Dan biasanya, jika hal ini terjadi, akan berakhir buruk akhirnya.
Aku yang tadinya mulai bersemangat untuk masuk sekolah meski sedang malas, segera dihancurkan oleh mereka.
Sekarang, aku bukan tipe orang yang mengabaikan hal hal di sekitarku, mau sekecil apapun itu. Selama aku menyadarinya, aku rasa aku harus melakukan sesuatu.
Tapi di saat seperti ini apa yang harus aku lakukan?
Dikelas pun suasananya tetap sama. Mereka memperlakukanku sebagai... Penjahat? Mereka menjaga jarak dan tidak satupun yang menyapaku.
"Ah, Jimin!" sapaku saat kaki itu melangkah masuk ke kelas.
Jimin tersentak dan menoleh ke arahku. Namun dia segera mengalihkan pandangannya dan secara tak langsung, aku merasa dia memutus kontak denganku.
Hal itu terus terjadi dalam satu hari penuh. Aku menghampiri Haesung, gadis ketua kelas untuk menanyakan suatu perkara.
"Haesung?" pangilku saat dia tengah mengobrol dengan temannya.
Dia menoleh ke arahku dan kemudian meminta teman ngobrolnya untuk pergi sebentar.
"Ada apa, Taehyung?" tanyanya dengan sedikit gemetar. Jelas berbeda dari saat dia mengobrol dengan temannya.
"Aku dikeluarkan dari grup kelas. Mungkin ada yang tidak sengaja memencetnya. Tapi hal yang sama juga terjadi di grup angkatan. Bisakah kau mengundangku masuk ke dalam grup lagi?"
"Benarkah? Nanti akan aku cek dulu, ponselku tertinggal saat mengecas di rumah. Tak apa, kan?" Dia memberi penjelasan, tapi aku merasa ada yang disembunyikan olehnya.
"Tentu."
"Kenapa tidak minta bantuan yang lain?"
"Mereka aneh. Tidak satupun yang bisa kudekati untuk membicarakan masalah ini. Hanya kau yang tidak menghindar. Kau tahu mereka kenapa?"
Tiba-tiba saja Haesung terlihat gusar. "Jika kau keberatan menceritakannya, tidak apa. Aku akan mencari tahu sendiri. Maaf merepotkanmu."
Wajahnya langsung mendongak dan kedua tangannya bergerak. "Ti--Tidak sama sekali! Maaf aku tidak bisa bercerita padamu."
"Itu tak masalah. Sampai jumpa!"
"Oh ya, hari ini kau ada jadwal ekstra, bukan? Kelas menari kontemporer ada di gedung utara sebelah gedung utama."
"Terima kasih." Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Datang ke klub atau pulang.
Tapi jika aku pulang aku tidak akan mengetahui apapun tentang apa yang terjadi.
Dan jika aku ikut klub, kemungkinan besar aku akan menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi orang di sekitarku dan mengacaukan kegiatannya.
Tapi, setidaknya jika aku tinggal meski tidak ikut kegiatan ekstra, mungkin aku bisa menganalisis alasan siswa sekolah memberikan tatapan inrimidasi yang sangat mengganggu itu.
D R A P ! D R A P ! D R A P ! Langkah itu terdengar terburu dan sangat jelas terdegar di telingaku.
"Taehyung!!" B R U K ! Seseorang memelukku dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's My WINGS [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] ***KIM TAEHYUNG*** Segala cacat dalam hidup ini, aku pernah melakukannya. Ikan yang terus berenang dalam darahku, batu yang terus menumbuk kepalaku, dan kain hitam yang menutupi mataku. Tak ada lagi sayap. Sayap yang membawak...