#19 : Lie

102 16 7
                                    

Aku menatap satu-satunya temanku dengan ekspresi rasa ingin tahu yang tinggi. Dia mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Ah, lupakan saja. itu bukan masalah yang harus dipikirkan." Laki-laki itu bangun dari tidurnya dan mulai berjalan. Dia menoleh ke arahku dengan smirk. "Apa yang kau lakukan di sana, Kim Taehyung? Kau tidak ingin terlambat lebih lama lagi, kan?"

Aku tersenyum kecil mendengarnya. "Kurasa, membolos bukan hal yang buruk. Kita harus melakukan nya lebih lama lain kali." Aku menyusul Jimin yang terus berjalan tanpa menoleh lagi ke padaku.

Dari hari ke hari kami selalu bersama, tak jarang dia berkunjung ke kedai dan menginap di ruangan yang lain. Park Jimin, seorang laki-laki yang memiliki banyak daya tarik. Orangnya supel, baik, ramah, pintar, dan yang paling penting adalah dia tampan. Dia selalu mendapat perhatian dari orang disekitarnya karena parasnya yang tampan.

Berbeda dari Jimin, beberapa hari terakhir Jin hyung tidak berangkat sekolah bersamaku. Meski begitu aku juga tidak menemukannya di tempat yang biasa ia kunjungi saat di sekolah. Aku tahu bahwa dia tidak lagi menyukaiku seperti saat sekolah dasar, tapi kalaupun aku memiliki salah apakah sebesar itu hingga dia menghindariku dengan sangat keras.

Karena tidak pernah berangkat bersama aku juga tidak menemuinya. Tidak ada kabar yang aku dengar tentangnya. Ada apa sebenarnya? Ini sangat aneh.

Jam istirahat kedua, seperti biasa aku pergi ke kantin bersama Jimin dan makan siang bersama. Hanya kami berdua, karena kami juga sama sama tidak terlalu akrab dengan yang lain.

"Wah, ramen hari ini enak sekali!" serunya heboh.

"Hm, benar. Terasa lebih kenyal dan bumbunya jauh lebih terasa. Apakah suasana hati ibu koki sedang baik, ya?" aku menanggapi Jimin setelah menelan mi di mulutku.

"Mungkin saja, ah aku cinta ibu koki~" Jimin melanjutkan makannya dengan gembira.

Tidak lama kemudian ponselku berdering. Tidak biasanya aku mendapat panggilan di jam seperti ini. aku melihat layar dan melihat nama bu Raeha tertulis di atasnya. Ternyata beliau, aku pikir siapa.

"Siapa?" tanya Jimin di sela makannya.

"Bu Raeha, aku akan mengangkatnya." Aku sedikit menoleh dan menggeser kursor panggilannya menjadi terangkat. "Selamat siang, Bu. Ada apa? Tidak biasanya And—"

"Taehyung!" Bu Raeha memanggil namanya dengan terburu-buru. "Cepat ke rumah sakit Cheonsang! Jin! Jin kritis!"

P R A N G ! Tanpa sadar aku menjatuhkan sendokku dan mengenai nampan makananku. Kenapa? Kenapa tiba-tiba begini? Mengapa ini terjadi!?

B R A K ! Aku beridiri dari dudukku dan membuat keributan kerenanya. Jimin terperangah karena ulahku.

"Taehyung, mau kemana kau!?" teriak Jimin.

"Aku akan ijin sampai jam sekolah berakhir! Aku akan menghubungi pak wali kelas!" tanpa memperdulikan apapun aku segera berlari melewati koridor yang ramai.

"Taehyung! Jangan berlarian di koridor!" kalau tidak salah mengingat, dia adalah Haru-ssaem. Dia menegurku karena teralalu berisik.

"Maaf, Haru-ssaem! Aku harus cepat!"

Rumah sakit Cheonsang tidak jauh dari sekolahku. Itu sekitar 300 meter di sebelah kiri jalan. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana aku bisa tahu kalau orang yang memiliki persoalan itu tidak bertemu denganku untuk waktu terakhir !?

Jin hyung sudah mulai menjauhiku saat aku masuk SMP, terhitung 2 tahun sampai tahun ini. Tapi yang aku herankan adalah alasannya. Aku tidak merasa melakukan kesalahan fatal padanya tapi kenapa dia melakukannya!? Jika aku melakukan kesalahan, bukankah lebih baik jika langsung mengatakannya padaku saja?

Where's My WINGS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang