Apa? Kenapa semua ini bisa terjadi? Apa yang aku lakukan hingga semua ini terjadi? Kurasa aku sudah melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.
Orang-orang di sekitarku semuanya berkata dengan suara yang lantang, seperti menginginkan aku untuk mendengarnya. Mereka sengaja untuk mempermalukanku.
Sedari pagi aku selalu diselimuti oleh rasa canggung dan risih. Aku risih oleh tatapan semua orang yang menatapku layaknya buronan Negara, memaki layaknya koruptor, dan memperlakukanku seperti berhadapan dengan pembunuh. Aku hanya melakukan satu kesalahan pada satu orang, lantas kenapa semua orang ikut membenciku?
Itulah yang aku pikirkan selama di koridor saat menuju kelas setelah dari kamar mandi dekat kantin. Aku tidak mengangkat daguku karena takut. Takut akan tatapan penuh diskriminasi yang menyakitkan. Takut dengan semua ucapan orang yang tidak pernah benar adanya.
"Dia sudah ditelantarkan sejak kecil. Pantas saja dia sudah seperti itu?" saat aku melewati salah satu ruang kelas 3.
"Haduh, benar-benar tidak sayang anak, ya? Lalu kenapa dia bisa masuk ke sekolah elit seperti ini?"
"Paling menyogok. Aku dengar ada satu keluarga yang mengangkatnya menjadi anak. Aku tidak habis pikir, keluarga gila mana yang mau mengangkatnya."
"Pasti rawan banget, tuh. Mereka pasti menyembunyikan perhiasan keluarga di suatu tempat agar anak itu tidak dapat menemukannya."
Aku lelah. Aku lelah. Kenapa? Kenapa?
Yang aku pikirkan saat ini bukanlah bagaimana cara mengembalikan wajahku sebagai anak polos seperti sebelumnya. Tentang bagaimana menjaga wajahku dihadapan semua orang. Tentang menjaga harga diriku. Tapi ini tentang keluarga KIM yang telah mengasuhku.
Bagaimana jika mereka tahu kalau aku diasuh dan dirawat oleh keluaga Jin hyung? Bukankah Jin hyung akan terkena dampaknya juga nanti?
Bagaimana? Bagaimana?
B R A K ! Ada tangan yang mendarat di bahu kananku. Aku menoleh menghadapnya.
"Yo! Lama tidak jumpa, Tae-ah!" ujarnya denga mata menyipit, senyum jenaka, dan lesung pipi yang indah dan cantik.
"Ah, Namjoon sunbae. Ada apa?"
"Kau terlihat murung, kau tahu? Aku mengekorimu sedari keluar kamar mandi, tapi kau tidak kunjung menyadarinya. Ya sudah, aku terlalu bosan melihat anak yang berjalan dan terus-terusan diam." Dia berjalan di sebelahku sambil menyilangkan tangannya di belakang kepala.
"Aku ada pertanyaan untukmu." Kata Namjoon sunbae begitu saja.
"Ya?" jawabku mempersilahkannya.
"Apa ada masalah?"
D E G ! Jadi, Namjoon sunbae belum mendengar beritanya? Kenapa bisa? Bukankah dia satu angkatan dengan Jong In?
"Ti-Tidak. Aku baik baik-baik saja." Aku menunduk.
"Kalau begitu angkat dagumu. Aku mencoba untuk mempercayaimu."
Ini adalah pertama kalinya ada orang lain selain keluarga KIM yang mengatakan hal tersebut kepadaku. "Ke-Kenapa? Kenapa kau mempercayaiku?"
"Kenapa?" dia mengulang pertanyaanku. "Karena kau adalah adik kelasku. Memangnya apalagi? Kau itu anak yang baik, jadi tidak ada alasan bagiku untuk tidak mempercayaimu, kan?"
"Apa?" jawabku penuh kejut. Namjoon sunbae mengatakan hal tersebut dengan begitu mudah? "Kenapa hanya dengan hal itu kau begitu yakin, sunbae?"
"Hah? Kau ngomong apa, sih?" dia berhenti tepat dihadapanku dan menghalangi ruang bagiku untuk terus berjalan. "Kan sudah aku bilang, kau adalah adik kelasku, dan kau anak yang baik. Untuk apa aku ragu, Tae?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's My WINGS [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] ***KIM TAEHYUNG*** Segala cacat dalam hidup ini, aku pernah melakukannya. Ikan yang terus berenang dalam darahku, batu yang terus menumbuk kepalaku, dan kain hitam yang menutupi mataku. Tak ada lagi sayap. Sayap yang membawak...