P L A K ! Tangan Bu Raeha sukses membuat pipiku memerah dan terasa sangat menyakitkan. Matanya berlinang air mata dan isakannya terdengar dalam kegaduhan ruangan ini. Sementara seorang pria tergeletak di lantai dengan terus merintih kesakitan.
"Sudah, Taehyung, cukup, jangan dilanjutkan..." Bu Raeha mulai bicara dengan suaranya yang serak.
Aku menatap Bu Raeha kebingungan. "Hah? Menyudahinya? Dia menyakiti ibu jauh lebih dari ini. Lalu kenapa aku harus berhenti menyakitinya? Ini, kan, yang selalu ingin ibu lakukan padanya!?"
"Jangan... Kalau suamiku meninggal, aku tidak memiliki siapapun lagi, Taehyung..."
"Tapi ibu punya aku! Kenapa ibu bisa bertahan dengan pria kurang ajar ini!?"
"Dia cinta pertamaku, Taehyung! Dia yang menikahiku, kami saling mencintai hingga hidup bersama. Tidak seharusnya hubungan kami kandas begitu saja hanya karena kepergian anak semata wayang kami..."
"Cinta? Kenapa manusia menjadi sangat bodoh jika membicarakan cinta!? Ibu sudah tahu sendiri, sejak kepergian Jin hyung dia selalu menyaikiti ibu, tapi kenapa? Kenapa ibu menahanku!?"
"Sudah kubilang, kan, kalau dia meninggal aku tidak punya siapa-siapa lagi!"
"Masih ada aku, Bu!"
"KAU BUKAN ANAKKU, TAEHYUNG! DAN TIDAK AKAN PERNAH MENJADI ANAKKU! KAU HANYA KUMINTA UNTUK MENGISI KEKOSONGAN INI, BUKAN BERARTI KAU MENGGANTIKAN KEKOSONGAN INI!" Kini Bu Raeha berkata dengan emosinya yang meluap luap lagi, wajahnya memerah bahkan sampai ke telinganya.
Sudah, aku tidak sanggup lagi melihat Bu Raeha yang seperti itu. Tidak ada alasan bagiku untuk terus tinggal dan membuat bu Raeha merasa semakin sakit hati.
"Kalau begitu maafkan aku, Bu. Akan ku telfon ambulan untuk membawa Pak Daehan ke rumah sakit. Dan mungkin aku akan pergi beberapa saat, kurasa aku benar-benar bertemu dengan iblis."
"Taehyung, mau ke mana kau!?" Dapat kurasakan Bu Raeha berteriak dengan sekuat tenaga dan berusaha menghentikanku.
Aku tersenyum menghadapnya. "Sudah aku bilang, kan, aku hanya pergi beberapa saat, jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. aku adalah anak yang bisa menghabisi nyawa majikannya sendiri jika aku tidak menahan diri, aku pasti akan baik-baik saja. Terima kasih untuk semuanya, Bu Raeha, Pak Daehan, dan... Seokjin hyung."
Bu Raeha semakin berteriak untuk mencegahku, tapi itu percuma. Ingin sekali aku menghampiri dan memeluknya dan terus mengatakan 'tidak apa-apa' padanya. Namun itu sudah tidak bisa aku lakukan lagi. Aku bukan siapa-siapa.
Setelah merapikan pakaian dalam tas aku segera pergi dengan sepeda pemberian Pak Daehan. Memang agak kurang tahu diri, setelah memukulinya hingga babak belur aku mencuri sepeda ini, ya walaupun sebenarnya ini dibelikan atas namaku, sih.
Aku benar-benar melakukannya, aku keluar dari komplek perumahan dan mulai mengayuh sepedaku tanpa tujuan. Apa yang harus aku lakukan? Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu tadi. Dan itu hal yang harus aku pikirkan sekarang.
Yang jelas aku juga tidak akan bersekolah dulu. Lebih baik membuatnya tetap menjadi rahasia dan tidak seorangpun tahu kalau aku memang berniat membolos. Padahal aku sudah berjanji pada Jimin untuk belajar bersama menjelang Ujian Kenaikan Kelas. Lagi-lagi aku harus mengingikari janjiku.
Maaf ya, Park Jimin.
Kurasa aku mendapat ide.
T A P ! T A P ! T A P ! C K L E K ! "Taehyung!?"
"Ah, halo, Jun." aku sedikit mengibas-ngibaskan rambutku yang basah karena hujan.
"Ya Tuhan, ayo masuk dulu." Jun sedikit menepi dan membiarkan aku masuk. "Kenapa kau bisa di sini? Kau hujan-hujanan untuk apa?" Ia bertanya dengan kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's My WINGS [COMPLETED]
Fanfiction[ C O M P L E T E D ] ***KIM TAEHYUNG*** Segala cacat dalam hidup ini, aku pernah melakukannya. Ikan yang terus berenang dalam darahku, batu yang terus menumbuk kepalaku, dan kain hitam yang menutupi mataku. Tak ada lagi sayap. Sayap yang membawak...