#2 : Begin

366 36 15
                                    

Sekarang semua barangku sudah dikemas dengan baik. Pukul 2 KST, aku rasa aku sudah berpamitan dengan banyak orang sehinga sudah cukup bagiku. Masih dua jam lagi, seperti yang aku dan Bu Raeha janjikan kemarin.

"Taehyungieee~!" Suara menjijikkan apa itu!?

"JUN!?" Pekikku ketika mendapati dia berlari dalam kecepatan penuh.

"Kau ingin pergi? Kenapa Tae!?" Jun datang dan memelukku hingga sesak. Sungguh, tangannya merangkul leherku hingga udarapun susah masuk ke tenggorokanku.

"UHUK UHUK!" Batukku dan memukul Jun keras-keras agar dia melepaskan pelukannya. "He-" aku tidak bisa berkata karna asupan udaraku sangat sedikit. "Le-lepaa... hoek!" aku tidak tahan lagi.

Yang benar saja, aku akan mendapat pekerjaan keduaku dan kini aku akan mati sebelum mendapatkannya, gila!? Tuhan tolong jauhan dia dari jangkauanku.

"AHH!! Maafkan aku tae!" akhirnya dia melepaskan pelukan mautnya.

"Uhuk uhuk! Sungguh kurang ajar! Aku hampir mati karena pelukanmu tahu! Setidaknya kalau aku pergi untuk mendapat hidup yang lebih baik aku pergi dengan tenang dan kita bisa bertemu suatu saat nanti. Kalau aku mati saat ini, aku akan kehilangan kesempatanku dan kita tidak akan pernah bertemu lagi, pabo!" (bodoh) ujarku menjitak kepala Jun.

"Aih, maafkan aku! Baiklah-baiklah. Kenapa kau tidak memberitahuku, hah!?" Teriaknya menuntut penjelasan.

"Soal itu..." aku menggaruk bagian belakang leherku yang tidak gatal. "Aku telah bertemu takdirku, dan itu mengatakan padaku untuk pergi dan memulai hidupku yang baru. Sepertinya, ini yang terbaik, seperti serendipity bagiku." Jelasku gugup. Kenapa aku gugup? Ini hanya Jun.

"Hahahaja!" tawa Jun pecah begitu saja.

"Waeyo?" (Kenapa?) heranku.

"Kau gugup karna akan memulai hidupmu yang baru? Haha... intinya jangan lupa siapa aku, jangan lupa siapa kau sebenarnya, itu saja. Jika sampai kau melupakanku suatu saat nanti, maka kau akan tahu apa balasan dariku." Jun mengajukan kepalan tangannya.

"Haha, baik hyung!" (Sebutan kakak laki-laki dari adik laki-laki) aku menyahut kepalan tangan itu sebagai bentuk tos.

"Oh ya, omong-omong, aku ini hyungmu ya?"

"Ara, kau lupa?"

"Kalau gitu kenapa kau menjitakku dan mengumpat padaku dasar pabo!" (bodoh) Jun membalas perlakuannya padaku dengan mengibaskan tangannya begitu saja ke perutku.

"Mianhae hyung, mianhae... hahaha!!" (maaf hyung, maaf...) aku tertawa? Kapan terakhir kali aku tertawa? Jun hyung, walau hanya terpaut sekitar 6 bulan, aku begitu "menghormatinya" dengan cara yang salah.

Mungkin ini adalah langkah perpisahan yang tepat ketika aku bersama Jun hyung. Haha... bahkan aku baru ingat untuk memanggil laki-laki lembek sepertinya sebagai hyung, untung saja dia tidak mempermasalahkan itu.

Aku teringat sesuatu. Ini kali terakhir aku bisa bertemu dengan Jun hyung bukan? Meski aku tidak berharap ini yang terakhir, tapi dalam waktu dekat aku tidak akan bertemu dengannya, dan aku akan merindukannya, sepertinya.

"Hyung!" Panggilku membuatnya menoleh dnegan allis naik.

"Wae?" tanyanya.

"Aku masih ada sisa uang, mau es krim coklat favoritmu?" tawarku padanya.

Matanya berbinar seketika, puppy eyesnya tampak. "Oh... Taehyungiee adalah orang yang baik rupanya... aku terharu..." Jun menyeka bagian bawah matanya, seolah olah ada air mata yang menetes di sana.

Where's My WINGS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang