Handphone Vanya berbunyi.
"Yohan" Vanya menggunakan headset.
"Hallo" Vanya fokus menyetir.
"Gue ditempat biasa. Lo kesini dong"
"Oke gue jalan kesana"
End.
Vanya tidak perlu mencari keberadaan Yohan karena Vanya tahu dimana Yohan biasa duduk.
"Lo kenapa? Sakit lo?"
Yohan mengecek suhu badan Vanya.
"Nggak panas. Pms?" Lanjut Yohan.
"Iye"
"Pantes"
Yohan memang sudah hafal dengan kebiasaan Vanya saat dia sakit, bahkan waktu pms.
"Gue ketemu sepupu lo. Makin gila aja tu orang"
"Kenapa?"
"Parkiran masih banyak eh pakek acara ngusir gue"
"Yaudah kalik. Ngalah aja napa. Kayak nggak tau aja dia gimana"
Vanya sudah bosan dengan jawaban Yohan yang lagi-lagi menyuruhnya untuk mengalah.
"Van" Yohan menikmati mie nya.
"Paan" Vanya memainkan handphonenya.
"Puncak yok. Gue butuh hiburan"
"Kapan?"
"Weekend?"
"Oke"
Benar-benar tidak ada yang menarik hari ini bahkan hari-hari berikutnya. Vanya beberapa kali bertemu Derry dan bukannya membuat mood Vanya membaik malah makin buruk. Lebih menyebalkan lagi kenyataan bahwa Vanya masih suka sama manusia es itu.
Vanya duduk didepan tv bersama Vena-mami Vanya."Mi"
"Apa?"
"Besok Vanya mau pergi sama Yohan sama Salsa juga"
"Kemana sayang?"
"Puncak"
"Jauhnya. Brapa hari?"
"Cuma dua malem mi"
"Oke. Ati-ati disana. Mami besok ke Canada nyusul papi. Mami penerbangan pagi"
Vanya tahu artinya besok pagi waktu Vanya buka mata, mami mungkin sudah tidak diIndonesia. Setidaknya Vanya punya jadwal yang tidak kalah menyenangkan ketimbang harus dirumah sendiri.
Paginya.
"Non Vanya. Ada temen-temen non vanya dibawah" mang ujang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEDUAKALINYA [COMPLETE]
Short StoryCerita ini diangkat dari kisah nyata yang diambil dari sumbernya secara langsung. Banyak cerita yang sudah diperhalus. Jika ada kesamaan nama atau tempat, saya minta maaf.