Pagi ini Vanya bersin-bersin mungkin efek kehujanan semalam. Kepala Vanya juga pening jadi Vanya memutuskan untuk tidak ikut tour hari ini.
"Mau gue temenin?"
"Nggak usah Sal. Lo ikut tour aja. Sayang tau udah sampe sini malah nemenin aku dihotel doang"
"Lo yakin?"
"Iya. Udah sana buru"
"Oke gue tinggal ya. Kalo ada apa-apa lo telepon gue"
"Siap"
Sarapan pagi yang cukup sepi. Setidaknya Vanya bisa istirahat dulu hari ini. Udara pagi ini cukup dingin.
"Minum" Vanya kaget.
"Lo nggak ikut tour?" Vanya menerima coklat panas itu.
"Nggak" pandangannya fokus ke gunung depan.
"Kenapa?"
"Nggak tertarik"
Jawaban yang cukup bikin Vanya bungkam. Yang pasti Vanya sedang tidak ingin merusak moodnya sendiri.
"Gue mau kekedai depan"
"Oke"
"Ikut nggak?"
"Emang boleh"
"Buru"
Kedai yang tidak begitu besar namun hangat. Kedai cokelat.
"Lo tau tempat ini dari mana?"
"Maps"
Setelah cukup dengan pesanan mereka, mereka duduk dibangku. Tidak lama, hanya menghabiskan pesanan lalu pergi namun bukan pulang.
"Lo mau kemana? Ini bukan jalan kehotel" Vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEDUAKALINYA [COMPLETE]
Short StoryCerita ini diangkat dari kisah nyata yang diambil dari sumbernya secara langsung. Banyak cerita yang sudah diperhalus. Jika ada kesamaan nama atau tempat, saya minta maaf.