EMPAT BELAS

155 6 3
                                    

Siang ini aleyna sudah terlihat berpakaian rapih. Ia mengenakkan ripped jeans berwarna denim blue, ditambah dengan kaos longgar abu-abunya. Walaupun begitu aleyna tetap menguraikan rambut panjangnya. Tak lupa juga riasan wajahnya yang begitu soft. Aleyna tetlihat cool tapi tetap terkesan cute.

setelah berpamitan pada mamahnya, ia segera bergegas  untuk menuju suatu tempat.

Seperti biasa aleyna menaiki angkutan umum. Sekiranya 15 menit aleyna sudah sampai di sebuah pasar. Ia segera mencari sebuah toserba. Yang tak lain adalah toserba milik pak yadi.

Dari kejauhan aleyna tersenyum, ia melihat daniel yang sedang asik mengutak-ngatik sebuah motor di depan toko milik bapaknya itu.

"Dor!"

Prang!!! Seketika kunci inggris yang sedang di pegang daniel terlempar beberapa senti. Daniel terlihat sangat kaget dengan kedatangan aleyna yang mengagetkannya seperti itu.

"Duh sorry ya, lo kaget niel?" Aleyna menggigit bibir bawahnya.

Daniel saat itu terlihat sangat merasa risih. "Udah masuk sana, bapak gua ada di kasir" jawabnya pelan.

Aleyna tak menyangka kalau daniel ternyata tidak memarahinya.

"Yaudah gue masuk dulu yah"

Daniel hanya mengangguk.

"Eh aleyna, mau nyari mic yah ?" Setiba di kasir pak yadi langsung menyapa aleyna.


"Hehe iyah"

"Nih udah ada, emang butuh berapa?"

"2 aja pak"

"Oh ini, tapi ini second yah kalo yang baru ga ada, tapi masih tetep bagus ko"

"Oh iya ga apa-apa ko pak" aleyna mengembangkan senyumnya.

"yaudah bapak bungkusin dulu yah" 
"iya pak"

Sambil menunggu pak yadi membungkus micnya, aleyna tertarik pada sebuah kotak musik yang berukuran cukup besar. Namun, kotak musik itu sudah tak berfungsi.

"Aleyna ini sudah bapak bungkus"

"Duh si bapak bikin kaget aja, pak ini kotak musiknya rusak yah"

"Oh iya, Itu rusak ley belum sempet bapak benerin"

"Padahal ini bagus lo pak bisa mahal ini kalo udah di benerin apalagi di cat ulang lagi"

"Iya ley nanti bapak coba benerin"

Sedang asik berbincang, aleyna dan pak yadi mendengar suara gaduh di luar toko, seperti orang yang sedang berkelahi.

"Pak itu kaya suara daniel" aleyna sontak berlari keluar untuk melihat keadaan disana.

Pak yadi mengikuti aleyna dari belakang. Saat tiba di luar dilihatnya dua orang laki-laki sedang saling menghajar.

"Daniel! Fathan!" Aleyna sangat kaget, ternyata fathan dengan daniel yang sedang berkelahi.

"Aleyna!" Fathan tak kalah kaget dengan keberadaan aleyna di toserba itu. "Ley lo jangan percaya sama dia!" Fathan menunjuk pada daniel.

"Heh maksud lo apaan?!" Daniel menghantam wajah fathan, sampai hidung fathan mengeluarkan sedikit darah.

"Daniel! Udah jangan saling pukul lagi udah, cukup!" Sekarang aleyna berada di tengah-tengah daniel dan fathan.

Dari sana pak yadi hanya memerhatikan tanpa sedikitpun berontak, ataupun mengucapkan sepatah kata.

"Kalian kenapa bisa ribut kaya gini? apa masalahnya?" Aleyan sedikit berteriak.

"Tau!" daniel menendang obeng yang berada di bawahnya.

Semua alat-alat motor daniel berserakan kemana-mana akibat perkelahiannya tadi. Lalu daniel melangkahkan kakinya kedalam toko.

Sekarang tinggal fathan yang berada di hadapan aleyna. Ia terus menatap aleyna kosong. Tak lama fathan terlihat sangat lemas.

"Ka fathan ? lo ga kenapa-kenapa kan?" Aleyna memegang lengan fathan.

Brug !
Seketika tubuh fathan tumbang, ia tak sadarkan diri. Segera pak yadi menghampiri aleyna, lalu membantu mengangkat fathan untuk masuk ke dalam toko.

"Duh pak dia kenapa ya" aleyna terlihat panik.

"Jangan panik ini mah ga apa-apa"

Pak yadi membaringkan fathan di sebuah sofa. Lalu aleyna mengeluarkan fresh care di tasnya. Ia berusaha membuat fathan sadar.

"Dia temannya daniel ?" Tanya pak yadi.

"Iya pak, dia juga tim basket daniel"

"Oh, dia suka sama kamu yah"

Sontak aleyna memalingkan wajahnya pada pak yadi. Ia tetlihat sedikit panik dengan pertanyaan yang di ucapkan pak yadi tadi.

"Hahaha bercanda saya aleyna"

"Ah bapak" aleyna ikut tertawa.

"Yasudah bapak mau ambilkan air hangat dulu buat dia"

"Oh iya pak"

Sambil menunggu fathan sadar, aleyna bersandar di sebuah kursi goyang. Namun baru saja aleyna akan duduk, fathan mulai terlihat membuka matanya.

"Ka fathan udah sadar? Aleyna segera berdiri menghampiri fathan lagi.

"Gua dimana ini?"

"Lo di toserba"

"Gua mau pulang" fathan bangun dari tidurnya.

"Ka fathan kan masih lebam-lebam itu mukanya, ga mau di obatin dulu?"

"Ga usah ley"

Pak yadi sudah kembali dari dapur, dengan membawa segelas teh hangat.

"Loh, kamu mau kemana nak?"

"Pak maaf saya udah ngerepotin, saya mau pulang dulu"

"Eh jangan dulu, ini saya sudah buatkan teh hangat, di minum dulu" pak yadi meletakkan tehnya di atas meja.

"Engga pak saya buru-buru" sebenarnya fathan sangat tidak enak pada pak yadi, ia sudah membuat gaduh di tokonya, tapi ia malah menerima pertolongan dan merepoti pula.

"Ya sudah kalo gitu, hati-hati pulangnya"

"Iya pak" fathan menyalami tangan pak yadi.

Fathan sudah melangkahkan kakinya keluar. Namun, ia sama sekali tak berpamitan pada aleyna yang berada di belakangnya.

"Pak maafin temen saya yah, udah ngerepotin bapak kaya gini"

"Loh ko kamu yang minta maaf, harusnya saya yang minta maaf atas si daniel"

"Ah engga pak, ini salah mereka bukan kita berdua"

"Oh iya bener" pak yadi tertawa.

Aleyna dan pak yadi terlihat sangat akrab. Mereka tertawa bersama-sama.

"Yaudah pak aku mau pulang dulu"

"Yaudah saya ambilin micnya dulu"

Setelah membayar mic tadi, aleyna lalu berpamitan untuk pulang pada pak yadi.

____________________________________

Voment!💛

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang