TUJUH BELAS

172 6 0
                                    

Aleyna menghela nafas berat. Sekarang pandangannya mengarah tajam ke sudut jalan di balik jendela kamarnya. Ada perasaan menyesal di benak aleyna. Tadi siang ia terpaksa menolak ajakan fathan dan daniel untuk diantar pulang. Karena jika memilih satu dari mereka pasti yang satunya akan kecewa, jadi aleyna lebih memilih menolak dua-duanya saja. Tapi untung saja dua-duanya tidak marah.

Tiba-tiba pintu kamar aleyna terbuka. Terlihat di balik sana mamah aleyna masuk dengan membawa sepiring kue brownies. aleyna sedikit bingung, karna tak biasanya mamahnya membawa makanan ke kamar aleyna.

"Ley, di makan nih" mamahnya menaruh kue itu di atas ranjang.

"Iya mah, tumben kuenya masih ada"

"Ini sengaja mamah sisain buat kamu, cobain deh ini mamah buat varian rasa baru"

"Oh gitu, rasa apa ?" Aleyna mengambil satu potong kue itu, lalu melahapnya.

"Rasa green tea, gimana rasanya ?"

"Mmm....enak mah" mamah aleyna memang sangat pandai membuat kue, dan bisnis kuenya pun terlihat makin meningkat.

Mamah aleyna tersenyum. "Yaudah kamu makan ya abisin, besok sekolah kan ?, jangan tidur malem-malem" lalu mamahnya itu mengusap pelan ujung kepala aleyna.

Aleyna terdiam sambil menatap tajam mata mamahnya, ia baru lagi merasakan tangan hangat dari mamahnya itu. Begitu hangat sampai tubuhnya tak merasakan dinginnya malam itu. "Iya mah, mamah juga jangan lupa istirahat yah" akhirnya aleyna bisa mengucapkannya, ia tersenyum lebar. Situasi ini yang aleyna rindukan dari keluarganya, kehangatan.

Mamahnya lalu berjalan keluar kamar. Dinginnya malam itu mulai terasa lagi oleh aleyna. Dipandangnya kue brownies yang berada di depan matanya. Ada perasaaan bersalah pada mamahnya itu, ia mungkin sibuk sampai tidak punya waktu untuk aleyna. Tapi, semua itu mamahnya lakukan semata hanya untuk aleyna dan keluarganya.

Lalu terbesit sesuatu di pikiran aleyna untuk membantu usaha mamahnya. Ia membuka kamera di hpnya, lalu ia memfoto brownies yang tinggal tersisa 5 buah di piringnya itu. Selesai itu ia mempostingnya di akun instagram dan facebooknya. Ia berharap dengan cara menjualnya secara online itu bisa membantu mengembangkan usaha mamahnya.

¤¤¤

"Fathan?, kamu minggu depan ke bandung yah" Akhirnya ayah fathan mengucapkan suatu kata yang memecahkan heningnya malam ini di ruang tamu.

"Maksudnya yah ?" Fathan membulatkan matanya lebar-lebar.

"Jadi gini, sebelumnya maaf ayah ga pernah cerita sama kamu soal ini, ayah dapet kesempatan buat masukin kamu ke sekolah pilot di bandung, dan ini pastinya bukan kebetulan. Makanya ayah pengen kamu ga sia-siain kesempatan kamu ini, ayah harap kamu ga NOLAK!" diakhir kalimat, ayahnya begitu menekankan kata itu.

Fathan terlihat kecewa dengan keputusan yang diambil ayahnya secara sepihak. "Yah! Kenapa ayah ga pernah kompromi dulu sih sama fathan ?!".

"Ga bisa nak, ayah kan sibuk jadi ga ada waktu buat kompromiin ini. Lagian bukannya ini mau kamu dari dulu"

"Ga bisa lah yah, aku udah mau lulus. Aku udah kelas 3sma, sebentar lagi aku lulus dan sayang dong kalo tiba-tiba aku harus ngulang lagi"

"Ini kan sekolah pilot, beda lagi sama sekolah sma. Pokoknya ayah ga mau tau besok ayah akan mulai urus surat pengunduran diri kamu di sekolah bakti sanjaya, dan minggu depan kamu harus sudah siap berangkat ke bandung!" Lalu ayahnya berdiri, dengan nafas yang terengah-engah ia berjalan menjauhi fathan yang terduduk di sofa.

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang