LIMA BELAS

161 7 0
                                    

Akhirnya aleyna mendapatkan angkutan umuma setelah menunggu cukup lama. Ia baru saja membeli mic di toserba tadi. Di perjalanan hatinya masih berdetak tak karuan, fikirannya tak habis-habis berfikir tentang kajadian fathan dan daniel yang berkelahi tadi.

Ia meraih handphone yang berada didalam tasnya. Aleyna mencari sebuah nama di daftar kontaknya.

fathan

Aleyna mengklik nomer itu, ia memcoba menghubunginya.

"Hallo"

"fathan ?"

"Kenapa?"

"Lo udah di rumah ?"

"Belum"

"Kenapa belum pulang ?"

"Ya gua ga mungkin pulang dengan muka lebam-lebam kaya gini!"

"Oh gitu ya, lo ada dimana ?"

"Lo ga perlu tau"

Saat sedang berbincang dengan fathan, aleyna tak sengaja melihat fathan di pinggir jalan. Ia terlihat sedang meminum es cincau sambil menggenggam handphonenya.

"Hallo?"

Tut.

Aleyna menutup telponnya. "Kiri bang" ia malah berhenti lalu turun dari mobil.

Ternyata ia berjalan menghampiri fathan yang sedang asik meminum es cincau.

"Kayanya sore-sore gini enak ya minum es" aleyna sudah berada di belakang fathan.

Saat fathan memutar kepalanya kebelakang, aleyna malah menjaili dengan mengambil es yang sedang di pegang fathan.

"Lo ngapain kesini?" Fathan merebut esnya lagi dari tangan aleyna.

"Mau minum es lah"

"Oh terus kenapa ga pesen?"

"udah ga haus"

"Aneh banget, terus ?"

"Mau bantuin lo"

"Bantu?, emang gua minta bantuan ya sama lo?"

Aleyna terdiam."Gue ke warung bentar yah" lalu ia berdiri dan berpamitan untuk ke warung.

Fathan mengangguk.

Tak lama aleyna sudah kembali lagi. Fathan terlihat sudah selesai meminum esnya.

"Lo udah selesai minumnya?,  kesitu yu"

Fathan mengerutkan dahinya.

"Kemana ?"

"Udah ikut aja" aleyna meraih tangan fathan.

DEG!
Sontak perlakuan ini begitu beda di mata fathan. Ada apa dengan sikap aleyna, kenapa dia jadi berubah hangat kaya gini. Dalam benak fathan terus bertanya-tanya.

Fathan mengikuti perintah aleyna. Ia tak bisa berbohong bahwa sikap aleyna membuatnya sedikit senang.

"Lo duduk di situ" aleyna menyuruh fathan duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari penjual es tadi. Namun cukup sepi.

"lo mau ngapain si?"

Aleyna mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ia mengeluarkan sebuah plaster, kapas, dan obat merah.

"Gue mau obatin lo"

"Hah?" Fathan sedikit tak percaya dengan sikap aleyna.

"Lo diem yah"

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang